Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang ibu berisiko tinggi melakukan filisida, antara lain kehidupan yang terisolasi secara sosial, kemiskinan dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Mereka yang telah menikah, pengangguran, kecanduan alkohol dan pernah menjadi korban kekerasan di masa kecil juga rentan menjadi pelaku filisida.
Pentingnya Memahami Kondisi Fisik dan Psikis Seorang Ibu
Ketika hamil, perempuan mengalami perubahan fisik dan psikis, seperti berat badan bertambah, pergerakan tubuh tidak selincah saat belum hamil, sering mual, muntah-muntah, jadi lebih emosional dan sebagainya.
Perasaan cemas dan bingung juga sering dialami oleh perempuan yang sedang hamil atau akan melahirkan. Kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko kesehatan mental, seperti depresi dan gangguan psikosis. Risiko bisa lebih tinggi jika sebelumnya ibu hamil punya riwayat masalah kesehatan mental serius.
Setelah melahirkan, beban perempuan akan bertambah dengan kesibukan mengurus anak. Ditambah lagi, jika ia juga bekerja atau malah berperan sebagai pencari nafkah utama.
Beban ganda yang dijalani oleh seorang ibu inilah yang membuat mereka rentan mengalami kelelahan fisik dan mental. Kondisi tersebut bisa mengantarkan seorang ibu pada "krisis identitas".
Ia akan merasa bahwa ia melakukan ini itu untuk suami dan anaknya, hidupnya adalah untuk suami dan anaknya, tapi untuk diri sendiri mana? Seolah-olah seorang ibu tidak berhak punya waktu untuk diri sendiri.
Keadaannya bisa jadi lebih buruk apabila si ibu tidak memiliki support system yang baik.Â
Suami yang kasar dan "lancang tangan", mertua yang suka ikut campur dan selalu menyalahkan, ipar yang suka julid, masyarakat yang terlalu mudah menghakimi, adalah beberapa hal yang dapat memperburuk kondisi psikis seorang ibu.
Dalam kasus ibu Kanti, ia diduga mengalami depresi, meski hal ini masih memerlukan pemeriksaan lebih lanjut oleh ahli kejiwaan.
Ibu Kanti mengaku bahwa sejak kecil ia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya. Bahkan dikurung oleh orang-orang di sekitarnya. Ketika berumah tangga, suami sering membentaknya. Suami pun sering menganggur sehingga tidak dapat menafkahi keluarga.Â
Keadaan ekonomi keluarga yang carut-marut, KDRT dan luka akibat trauma masa kecil yang---barangkali---belum sembuh, tentu menjadi kombinasi yang menghancurkan mental ibu Kanti.