Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengulik Sejarah dan Alasan Indonesia Masih Bergantung pada Impor Kedelai

26 Februari 2022   15:03 Diperbarui: 27 Februari 2022   20:45 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengulis sejarah dan alasan Indonesia masih bergantung pada impor kedelai. Foto: Kompas.com/Totok Wijayanto

Biaya produksi yang tinggi, harga yang tidak kompetitif dan keuntungan yang kecil, membuat petani kurang tertarik menanam kedelai.

Dibandingkan dengan tanaman pangan lain, seperti padi dan jagung, nilai keuntungan pertanian kedelai hanya sekitar Rp 1,2 juta per musim tanam per hektar. Angka ini lebih kecil dari nilai keuntungan pertanian jagung yang mencapai sekitar Rp 4,1 juta per musim tanam per hektar dan Rp 4,9 juta per musim tanam per hektar untuk padi sawah. Alhasil, kedelai hanya diposisikan sebagai tanaman selingan setelah tanaman utama, seperti padi, jagung, tebu, tembakau, bawang merah dan lain-lain.

Penutup

Sebagai salah satu negara dengan konsumsi kedelai terbesar di dunia, pemerintah perlu memikirkan langkah-langkah untuk mencapai swasembada kedelai. Hal ini diperlukan agar produktivitas kedelai lokal dapat bersaing dengan kedelai impor dan mampu memenuhi kebutuhan kedelai nasional.

Selain itu, perlu diperkenalkan juga alternatif bahan baku lain selain kedelai (terutama kedelai kuning) untuk pembuatan tahu atau tempe, seperti kacang koro, edamame dan sebagainya. Bahkan kedelai hitam yang kini lebih populer sebagai bahan baku pembuatan kecap pun bisa dijadikan alternatif yang baik.

Rujukan lain : 1, 2, 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun