Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kekerasan Seksual di Pesantren: Penyebab dan Pencegahannya

17 Desember 2021   17:38 Diperbarui: 16 Februari 2022   21:42 4276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelaku akan memanfaatkan kuasa tersebut untuk menjebak korban. Bisa dengan mengiming-imingi atau menjanjikan sesuatu, memanipulasi secara emosional, menakut-nakuti, mengancam dan sebagainya, sehingga korban mau melakukan apa saja yang diminta.

Relasi kuasa dalam dunia pendidikan, khususnya pesantren, juga kerap menggunakan otoritas keilmuan dari guru, senior maupun pengurus dan pimpinan pondok pesantren untuk memperdaya korban. Jika tidak menurut, korban ditakut-takuti dan diancam akan terkena azab, hafalan hilang, dan ilmu yang diperoleh tidak berkah.

Korban akan lebih takut lagi jika pelaku bawa-bawa ayat atau hadis. Padahal kalau dipikir-pikir, tidak ada dalil mana pun yang membenarkan tindak pelecehan seksual dari seorang guru kepada santri demi menjaga hafalan atau memperoleh keberkahan ilmu.

Kehidupan komunal di pesantren, ternyata juga menjadi celah bagi santri senior (dengan dalih bercanda) untuk melakukan pelecehan seksual pada adik kelasnya. Bentuk pelecehan itu berupa rabaan pada alat kelamin atau dikenal sebagai 'nyuluh'. 

Selain itu, keterbatasan komunikasi, di mana santri (biasanya) tidak diperkenankan membawa ponsel, dimanfaatkan oleh pelaku untuk melakukan aksinya karena tidak mudah untuk diketahui.

Apakah Pendidikan Seks Tidak Dapat Diajarkan di Pesantren?

Pendidikan seks, memang menjadi salah satu kunci untuk mencegah anak jadi korban maupun pelaku pelecehan seksual.

Namun, sebagai institusi pendidikan berbasis Islam, mungkinkah pendidikan seks diajarkan di pesantren?

Mungkin ada yang belum tahu sehingga berpikir bahwa pesantren bersikap tertutup soal pendidikan seks. 

Ternyata, tidak semua pesantren setertutup itu. Pesantren-pesantren yang mengajarkan pendidikan seks rupanya bisa jauh lebih terbuka soal seksualitas dibandingkan sekolah-sekolah pada umumnya (tergantung pesantrennya juga mungkin, ya).

Dikutip dari tirto.id, pendidikan seks dan bab pernikahan merupakan materi yang paling banyak digemari para santri setelah bab muamalah (hubungan antar manusia dalam interaksi sosial).

Mereka mempelajarinya dari sumber-sumber Islam, yaitu Al-Quran, hadis dan kitab-kitab klasik, seperti Kitab Qurrotul Uyun dan Uqudulujain Fi Bayani Huquqiz Zaujain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun