Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Nomine "Best in Opinion" dan Dua Tahun Beropini Bersama Kompasiana

19 November 2021   17:27 Diperbarui: 19 November 2021   17:32 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi para nomine Best in Opinion-tangkapan layar dari microsite Kompasianival

Dua hari lalu nama-nama Kompasianer yang masuk nominasi dalam Kompasiana Award 2021 diumumkan. Saya yang saat itu belum mengecek microsite Kompasianival tidak tahu menahu mengapa rekan-rekan di grup WA mengucapkan selamat pada saya dan beberapa rekan lain yang masuk nominasi. 

Segera saya buka microsite Kompasianival dan menemukan nama saya di daftar Best in Opinion. Berbagi panggung dengan Kompasianer-Kompasianer luar biasa seperti Mas David Abdullah, Pak Muhammad Tahar Natsir, Mbak Kazena Krista dan Mbak Jeniffer Gracellia.

Beropini Bersama Kompasiana

ilustrasi keterangan salah satu nomine Best in Opinion-tangkapan layar microsite Kompasianival
ilustrasi keterangan salah satu nomine Best in Opinion-tangkapan layar microsite Kompasianival

Sejak bergabung pada 6 Juli 2019 hingga sekarang, saya sudah menulis sebanyak 317 artikel dengan 266 artikel berlabel pilihan dan 86 artikel berlabel artikel utama.

Kecintaan dan keresahan saya pada isu-isu lingkungan dan humaniora, terutama kesehatan mental, isu perempuan dan kesetaraan gender serta beberapa isu kurang populer yang masih jarang diangkat ke publik, mendorong saya untuk menyuarakan opini terkait isu-isu tersebut di Kompasiana. 

Kadang isu yang saya tulis merupakan isu yang sering diperdebatkan atau masih dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat, seperti tentang pendidikan seks dan---yang terbaru yang saya tulis---soal ribut-ribut Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021.

Tidak hanya melalui artikel panjang, sesekali saya juga menuangkan opini dalam bentuk bait-bait puisi sederhana.

Saya teringat artikel menarik karya Romo Bobby (nama akun Ruang Berbagi) yang menyatakan bahwa salah satu pesona Kompasiana adalah memberikan angin segar di tengah kedangkalan media arus utama. Pasalnya, siapa pun, apa pun latar belakang dan strata sosialnya bisa leluasa mengekspresikan diri dan menyuarakan opini.

Maka saya ibaratkan Kompasiana seperti toserba, di mana berbagai ide, opini dan kreativitas para Kompasianer bisa ditemukan di sini. Kita bisa menikmati tulisan menarik dengan beragam topik dari berbagi kategori.

Berbagai gaya kepenulisan, dari yang serius sampai yang santai dan mengocok perut tapi tetap berbobot pun ada. Pembaca jadi punya banyak pilihan, tergantung minat dan selera mereka.

Kompasianer Lain Bukanlah Kompetitor

Alih-alih menganggap Kompasianer lain sebagai kompetitor, saya justru memandang mereka sebagai teman, keluarga, guru dan inspirator.

Jadi, ketika ada Kompasianer baru hadir dengan kualitas tulisan yang lebih baik, gaya kepenulisan yang lebih asyik, jam terbang yang lebih tinggi, skill yang lebih mumpuni atau usia yang lebih muda, saya tidak pernah menganggapnya sebagai ancaman. Karena saya percaya bahwa setiap tulisan akan menemukan pembacanya. Setiap tulisan akan menemukan takdirnya.

Cara pandang ini juga saya berlakukan kepada Kompasianer sesama nomine Best in Opinion. Meskipun nantinya ada satu dari kami yang akan terpilih sebagai pemenang, saya tidak menganggap ini sebagai kompetisi. Saya juga tidak memandang mereka sebagai kompetitor yang harus saya kalahkan. Lha wong, bisa terpilih sebagai nomine saja saya sudah senang, kok!

Tanpa Pembaca, Tulisan Saya Bukan Apa-apa

Saya tidak tahu apa yang membuat orang-orang, khususnya para Kompasianer, masih sudi menyimak tulisan saya yang sering tidak jelas antara ngelindur atau kumur-kumur, antara noise atau voice.

Saya juga tidak tahu siapa saja yang menjagokan nama saya pada kategori ini. Yang jelas saya tidak mencalonkan diri sendiri.

Tapi apa pun itu, saya berterima kasih kepada admin Kompasiana atas kesempatan ini, dan seluruh Kompasianer atas segala dukungan, motivasi dan inspirasi sehingga saya selalu punya alasan untuk kembali menulis. Karena mereka juga, saya bisa berada di posisi ini.

Saya titip pesan untuk para Kompasianer agar bijak dalam memilih. Jika bapak/ibu/mas/mbak/adik merasa saya kurang layak atas penghargaan ini, pilihlah nomine lain yang dirasa lebih berkualitas dan layak. Jangan sampai nanti ada rasan-rasan (meskipun sepertinya bakal tetap ada apa pun keadaannya haha) atau drama-drama di belakang.

Siapa pun pemenangnya, saya harap kita bisa ikhlas menerima dan menghormati hasilnya.

Dan siapa pun pemenangnya, saya akan tetap menyuarakan kecintaan dan keresahan saya melalui tulisan-tulisan yang akan datang.  

Salam cinta dan hormat saya untuk seluruh Kompasianer

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun