Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Kasus Kim Seon Ho dan Rachel Vennya, Kita Belajar untuk Menjadi Penggemar yang Lebih Cerdas dan Bijak

26 Oktober 2021   11:59 Diperbarui: 26 Oktober 2021   12:04 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi aktir drama Korea Hometown Cha-Cha-Cha Kim Seon Ho | sumber gambar : tvN via instagram_salt ent diunduh dari liputan6.com

Kasus Kim Seon Ho dan Rachel Vennya hanyalah sebagian kecil contoh betapa tidak mudahnya menjaga citra dan reputasi baik bagi seorang public figure.

Mereka yang di depan kamera lekat dengan citra anak baik-baik, polos, lugu, santun dan lemah lembut, bisa menjadi pribadi yang sama sekali berbeda ketika di belakang kamera. Sosok yang biasa kita saksikan di media bisa jadi adalah sosok yang scripted, sudah diatur sedemikian rupa agar dapat memenuhi ekspektasi pemirsa dan penggemar.

Makanya ketika seorang public figure yang selama ini lekat dengan citra anak baik-baik, tiba-tiba diberitakan tersandung skandal, akan ada orang-orang yang bersikap denial (menyangkal) dan membela sang idola. 

Pemakluman dengan dalih "tidak ada manusia yang sempurna", "setiap manusia pernah berbuat salah" dan pembelaan lainnya atas tindakan yang dilakukan sang idola juga akan selalu ada.

Memang benar, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Tapi kalau kesalahan yang sama terus diulang dan berpikir bahwa semua bisa selesai hanya dengan permintaan maaf, itu artinya ia tidak belajar. Dan permintaan maafnya hanya omong kosong belaka.

Kalau begitu, apa pelajaran yang bisa dipetik dari kasus yang menimpa Kim Seon Ho, Rachel Vennya dan public figure lainnya? Public figure yang harus lebih menjaga sikap atau kita sebagai pemirsa/penggemar yang harus lebih cerdas?

Hal pertama yang harus kita pahami adalah kita hanya penonton, penggemar atau penikmat karyanya. Bukan keluarga, teman, tetangga, mantan pacar apalagi pasangan sang idola. Jadi, kita tidak benar-benar paham bagaimana sifat aslinya dalam kehidupan sehari-hari. Yang kita tahu hanya citranya di depan kamera. 

Seperti yang saya katakan sebelumnya, apa yang tampak di depan kamera belum tentu sama dengan ketika ia di belakang kamera.

Dengan demikian kita seharusnya tidak menjadi fans yang lebay dan norak. 

Ingat ya, idolamu itu hanya manusia biasa bukan malaikat atau manusia setengah dewa. Jadi, kalau suatu saat ia berbuat sesuatu yang mengecewakan, setidaknya kamu bisa memandang tindakannya secara lebih objektif---benar ya benar, salah ya salah---dan tidak terjebak pada glorifikasi berlebihan.

Dalam beberapa kasus, misalnya seorang public figure yang terbukti melakukan kekerasan seksual, gunakan sudut pandang yang berperspektif korban. Bukan malah menyalahkan korban dan menunduhnya sedang cari perhatian. Glorifikasi berlebihan terhadap seorang public figure yang bermasalah ini bisa menyakiti perasaan korban yang notabenenya adalah pihak rentan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun