Dari keenam jenis pembangkit ini, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang sumbernya dari batu bara, masih mendominasi kapasitas pembangkit di Indonesia.
Selain membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terbentuk, batu bara juga menimbulkan masalah lingkungan, seperti menimbulkan hujan asam; mencemari udara, tanah dan sumber air serta menimbulkan efek gas rumah kaca.
Mematikan lampu dan perlengkapan elektronik yang tidak digunakan, memanfaatkan penerangan alami di siang hari, menanam pepohonan agar udara lebih sejuk, mencabut pengisi daya apabila baterai sudah penuh adalah beberapa hal yang saya lakukan untuk menghemat listrik.
Dengan menghemat listrik kita telah menbantu mengurangi emisi karbon karena setidaknya lisrik yang dipasok tidak digunakan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.Â
2. Mengurangi konsumsi daging merahÂ
Daging merah berkontribusi menyumbang emisi karbon lebih banyak dibanding makanan lain, seperti daging ayam, ikan, telur, susu dan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Sebenarnya hal ini lebih disebabkan oleh proses pemeliharaan ternak sapi sendiri yang kadang belum ramah lingkungan, seperti pemberian pakan dan pengolahan limbah peternakan.
Peternakan hewan ruminansia, seperti sapi, domba dan kambing menghasilkan gas metana yang tinggi. Gas metana tersebut berasal dari sendawa dan kentut hewan ternak itu sendiri.Â
Selain mencemari lingkungan, produksi gas metana yang terlalu tinggi dapat menurunkan produktivitas ternak sehingga merugikan bagi peternak.Â
Oleh karena itu, pemberian pakan yang tepat penting dilakukan oleh peternak untuk mengurangi produksi gas metana yang tinggi.
Meskipun masih mengonsumsi makanan yang berbahan daging merah, saya membatasi konsumsi setidaknya seminggu sekali saja.Â