Kalau kita lihat kasus Saipul Jamil, misalnya, perlukah kita menghabisi kariernya dengan memboikotnya dari seluruh stasiun TV dan kanal YouTube? Yang seharusnya diboikot itu Saipul Jamil atau glorifikasi atas dirinya yang baru saja bebas dari penjara?
Jika cancel culture diperlukan untuk menggerakkan massa agar seseorang yang melakukan kejahatan atau tindakan-tindakan kontroversial bisa diproses secara legal, lantas apakah itu masih diperlukan ketika orang tersebut telah mendapat sanksi hukum yang setimpal?
Lalu, sebesar apakah dampak cancel culture ini bagi orang yang di-cancel? Karena menurut Natalie Wynn, host kanal YouTube ContraPoints, cancel culture tidak begitu memiliki konsekuensi nyata bagi masyarakat kelas atas dan malah lebih berdampak bagi masyarakat kelas bawah. Penyebabnya adalah masyarakat kelas atas punya banyak dukungan.
Hal yang wajar karena secara ekonomi mereka sangat mapan ditambah punya relasi ke orang-orang "kuat dan berpengaruh".
Dan sampai kapankah cancel culture ini bertahan? Jangan-jangan boikot ini hanya terjadi sesaat dan besok-besok orang sudah lupa.
Jadi, masih perlukah cancel culture? Silakan berkomentar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI