Sebelumnya saya juga suka telat makan, terutama makan siang dan malam. Kadang bukan cuma telat, tapi benar-benar tidak makan sama sekali.
Pekerjaan yang dilakukan lebih banyak duduk dan menatap layar laptop, sudah begitu malas gerak pula. Sementara penyakit-penyakit seperti jantung, stroke, darah tinggi, diabetes, sekarang tidak lagi hanya menyerang lansia. Jadi, saya merasa butuh melakukan perubahan kecil ini.
Kedua, saya lebih santai dan tenang dalam menyikapi kegagalan atau sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencana
"Manusia boleh berencana tapi Tuhan yang menentukan."
Saya memang hafal nasihat ini. Namun susah sekali untuk memaknai dan menjalankannya.
Apalagi saya merupakan orang yang perfeksionis sehingga satu kesalahan dan kegagalan kecil akan membuat saya frustrasi. Saya akan menyalahkan diri dan melontarkan hujatan pada diri saya.
Lama kelamaan saya merasa lelah. Lelah bermusuhan dan membenci diri sendiri. Dan itu membuat saya sakit.
Akhirnya demi kesehatan mental saya, saya mulai belajar untuk memaafkan diri sendiri. Saya merangkul seluruh kesalahan, kebodohan, kegagalan yang pernah terjadi. Saya memeluk seluruh luka, menyembuhkan dan berkata pada diri saya "tidak apa-apa, setidaknya kamu sudah berusaha".
Ketiga, saya lebih berani melawan ketika terjebak pada hubungan yang beracun (toxic relationship)
Sebenarnya saya benci menceritakan ini. Tapi saya pikir menceritakannya sedikit di sini tidak buruk-buruk amat. Siapa tahu bisa jadi pelajaran juga.
Oke, jadi, sebulan setelah ulang tahun saya yang ke-26, saya memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan laki-laki yang saya cintai pada waktu itu. Padahal kami punya rencana untuk hidup dan menata masa depan bersama. Sudah saling kenalan dengan orangtua masing-masing pula.