Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tubuh Perempuan Sebenarnya Milik Siapa?

24 Agustus 2021   10:38 Diperbarui: 26 Agustus 2021   14:02 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasangan suami istri (pasutri) yang menginginkan anak pun bukan berarti bebas tuntutan dan tekanan. 

Ketika usia pernikahan semakin bertambah namun belum juga dikaruniai anak, ada saja komentar miring mampir. Biasanya dialamatkan kepada perempuan atau istri. Yang lebih menyakitkan tentu saja jika keluarga atau pasangan akhirnya ikut menghakimi atau berprasangka macam-macam karena terpengaruh oleh "suara-suara" di luar sana.  

Ada pun yang sudah dikaruniai satu anak, masih saja dicecar lagi dengan pertanyaan akan anak kedua, ketiga dan seterusnya. Saya heran, emang kenapa sih kalau punya anak cuma satu? Anda mau saingan banyak-banyakan anak ya?

Bahasan tentang otoritas tubuh perempuan memang sangat kompleks dan memiliki banyak pendapat. Namun pendapat paling umum yang sering didengar dari masalah ini adalah pro-life atau pro kehidupan dan pro-choice atau pro pilihan (baca : disandarkan pada pilihan masing-masing individu).

Pro-life adalah pandangan yang paling banyak dan umum dianut oleh masyarakat, yaitu setelah menikah harus punya anak untuk meneruskan keturunan. Sementara pasutri yang memilih childfree, termasuk penganut pandangan pro-choice. Contoh lain yang kerap disangkutpautkan dengan pandangan pro-choice adalah praktik aborsi (baik yang legal maupun ilegal).

Sayangnya, pandangan pro-choice yang lebih menekankan pada otoritas tubuh kerap menuai hujatan hanya karena dianggap bukan sesuatu yang lazim di masyarakat. Seperti pasutri childfree yang dianggap egois, tidak bersyukur dan menyalahi kodrat atau perempuan yang dianggap seolah "pembunuh" karena memilih aborsi atas kehamilan yang tidak diinginkan (KTD).

Stigma negatif lainnya yang berhubungan dengan otoritas tubuh adalah tentang konsep keperawanan dan keperjakaan. Perempuan yang masih perawan diidentikkan sebagai perempuan baik-baik sedangkan yang sudah tidak perawan dianggap perempuan nakal. Sementara laki-laki yang kehilangan keperjakaannya sebelum menikah, nggak pernah tuh dapat stigma negatif sebagai laki-laki nakal.

Konsep otoritas tubuh sejatinya adalah saat seseorang mau dan mampu menjadikan tubuhnya sendiri otonom. Maksudnya adalah setiap tubuh, baik milik laki-laki maupun perempuan, adalah milik individu bukan milik kelompok atau orang lain sehingga masing-masing individu berhak dan bertanggung jawab untuk mengatur tubuhnya sendiri.

Seseorang akan memahami otoritas tubuhnya ketika memiliki pengetahuan yang memadai tentang seluk beluk tubuhnya, misal pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, consent (persetujuan afirmatif yang diberikan secara sadar dan sukarela untuk terlibat dalam berbagai aktivitas seksual maupun non seksual) dan sebagainya.

Oleh karena itu, pendidikan seks penting diberikan sejak dini untuk menumbuhkan kesadaran bahwa setiap orang punya otoritas tubuh. Kesadaran ini akan membuat seseorang lebih menghargai dan menghormati setiap tubuh, baik tubuhnya sendiri maupun orang lain. Dengan demikian, ia akan mampu menerapkan batasan, apa yang harus dilakukan dan dijaga saat berada dalam pergaulan atau lingkungan sosial.

Referensi : satu, dua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun