Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunaseptalisa5@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Temanmu Curhat Kalau Ia Hamil di Luar Nikah

18 Agustus 2021   15:30 Diperbarui: 18 Agustus 2021   15:36 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi remaja perempuan yang hamil di luar nikah | sumber gambar : pediatriciantips.com

Masa remaja atau masa puber adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Anak-anak yang memasuki masa remaja akan mengalami beberapa perubahan fisik maupun psikologis.

Secara psikologis, masa remaja adalah masa-masa penuh gejolak. Di usia ini anak-anak biasanya mulai mengenal cinta pertama dan cinta monyet.

Gejolak masa remaja akan mencapai puncaknya saat anak-anak memasuki bangku SMA. Banyak dari mereka yang mulai menjalin hubungan pacaran dengan lawan jenis pada masa ini.

Kisah cinta masa remaja memang akan selalu jadi kisah yang menarik untuk dikenang. Kadang lucu, konyol dan memalukan juga kalau diingat.  

Namun kisah cinta masa remaja menjadi tidak lucu lagi ketika berujung pada kehamilan di luar nikah.

Itulah yang terjadi pada seorang kawan sekelas saya saat SMA. Sebut saja namanya Dea (bukan nama sebenarnya).

Waktu itu kami sekelas di kelas X dan cukup dekat. Kami beberapa kali setim kalau ada tugas kelompok, sering ke kantin bareng, satu kelompok mentoring keagamaan, satu regu pramuka pula.

Dea pernah cerita pada saya kalau ia punya pacar yang jarak usianya lumayan jauh. Kalau tidak salah ingat, pacarnya sudah bekerja. Bagaimana mereka bisa saling kenal, itu karena mereka tetanggaan.

Setiap Dea cerita tentang pacarnya, saya bisa katakan bahwa tidak ada yang aneh-aneh dari hubungan mereka.

Sampai suatu ketika Dea absen lama tanpa kabar yang jelas. Dihubungi pun susah.

Suata ketika saya dan seorang teman sekelas lainnya sempat menemukan postingan status Facebook Dea yang membuat perasaan kami campur aduk. Ia tampak begitu stres, hancur dan menyesal.

Selang beberapa hari kemudian tersiar kabar kalau Dea tidak akan kembali lagi ke sekolah ini karena hamil di luar nikah.

Dea juga cerita kalau akibat kejadian ini, ia dan pacarnya sempat dinikahkan namun hanya akad nikah (ya iyalah). Tapi mirisnya, si pacar yang kemudian jadi suaminya ini tidak bertanggung jawab dalam menafkahi Dea dan anaknya.

Sebagai teman, saya sedih dan prihatin mendengarnya. Tapi saya tidak ingin menghakimi meski saya tahu apa yang Dea lakukan juga salah. Saya juga tidak ingin mengorek detail cerita dari Dea karena saya tahu ia butuh waktu untuk berdamai dengan dirinya.

Lalu, apa yang bisa kita petik sebagai pelajaran dari kisah di atas?

Dea bukanlah satu-satunya remaja perempuan yang mengalami hal tersebut. Sebagian besar remaja perempuan yang hamil di luar nikah terpaksa harus keluar dan berhenti sekolah sehingga ia terancam kehilangan haknya untuk berpendidikan. Ia juga akan disalahkan dan dianggap sebagai "aib" oleh masyarakat bahkan keluarga sendiri.

Padahal laki-laki yang menghamili juga salah karena telah "merusak" anak gadis orang. Tapi anehnya mereka tidak harus menanggung beban moral dan sosial seberat perempuan.

Seandainya ada temanmu yang curhat bahwa ia hamil di luar nikah, maka yang perlu kamu lakukan adalah menjadi support system yang baik baginya. Bagaimana caranya?

Pertama, please banget jangan terlalu kepo

Hanya karena kalian dekat atau bersahabat, bukan berarti kamu bisa memaksanya untuk menceritakan semuanya. Bisa jadi ia masih syok dan bingung sehingga belum siap untuk cerita banyak-banyak ke kamu.

Apabila suatu saat ia merasa lebih siap untuk bercerita, dengarkan dengan empati. Terlepas dari apakah temanmu itu hamil di luar nikah karena jadi korban pemerkosaan atau pacaran kebablasan, jangan menghakiminya. Alih-alih menghakimi, hargai kejujuran dan keberaniannya dalam mengakui kondisinya. Nggak gampang lho, mengakui hal seperti ini ke orang lain.

Di usiamu yang terhitung masih di bawah umur mungkin kamu belum bisa banyak membantu karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Namun dua hal tersebut setidaknya merupakan usaha paling minimal dan sederhana yang dapat kamu lakukan. Karena remaja yang hamil di luar nikah sebenarnya lebih butuh pendampingan dan dukungan orangtuanya. Tapi tidak ada salahnya juga kalau kamu menanyakan apa yang perlu kamu lakukan untuk membantu temanmu.

Bagi para orangtua yang anak gadisnya bernasib seperti Dea, saya tahu bapak dan ibu pasti kecewa dan marah. Tapi terus-menerus menyalahkan anak juga tidak ada gunanya.

Sebaiknya bapak dan ibu menenangkan diri terlebih dulu. Introspeksi diri barangkali si anak jadi begini karena kurang pengawasan, perhatian dan bimbingan.

Saya pikir ini bisa jadi kesempatan bagi orangtua untuk belajar bagaimana menjadi orangtua yang lebih baik. Siapa tahu kan setelah kejadian ini orangtua jadi lebih aware tentang pentingnya membekali anak dengan pendidikan seks. Siapa tahu setelah ini mereka lebih peduli dengan pergaulan anak sehingga kejadian yang sama tidak terulang untuk kedua kalinya.

Remaja yang hamil di luar nikah membutuhkan dukungan psikis, emosional dan finansial dari orangtuanya. Maka dampingi si anak sampai melahirkan dan bantu merawat bayinya. Jika tidak memungkinkan, bayi itu bisa dititipkan di ke orang lain, seperti kakek nenek, paman bibi atau keluarga lain yang tidak memiliki anak, dengan catatan mereka adalah keluarga baik-baik dan dapat dipercaya.

Lalu satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan adalah dukung anak untuk tetap berpendidikan.

Kawan saya, Dea, memang harus berhenti sekolah saat itu. Namun saya bersyukur karena orangtuanya masih mendukungnya untuk melanjutkan sekolah meskipun di tempat lain. Saya juga senang karena ia bisa bersekolah hingga lulus jenjang sarjana.

Setidaknya ia punya bekal pengetahuan yang membuatnya bisa memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang lebih layak. Karena tidak semua remaja perempuan yang hamil di luar nikah bisa mendapat kesempatan untuk menyelesaikan sekolahnya.

Padahal pendidikan adalah hak dasar bagi seluruh warga negara tanpa terkecuali. Maka tidak peduli apakah seseorang pernah hamil di luar nikah atau tidak, ia tetap berhak berpendidikan demi masa depan yang lebih baik.

Remaja yang hamil di luar nikah bisa dikatakan memiliki masa lalu yang kelam. Namun bukan berarti masa depannya juga harus sekelam masa lalunya, bukan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun