Industri hiburan, kosmetik, dan fesyen kerap dituding sebagai biang keladi munculnya standar kecantikan. Sementara media (termasuk juga media sosial) bertugas menyuburkannya.
Standar kecantikan memang membuat banyak perempuan merasa inferior. Kulit putih, rambut hitam lurus, hidung mancung, tubuh tinggi, dan langsing.
Beruntunglah, kini beberapa pemengaruh (influencer), YouTuber, pesohor bahkan brand-brand fesyen dan kosmetik ternama dunia mulai berani memperkenalkan standar kecantikan yang lebih beragam. Mereka juga sering mengedukasi tentang positive body image, yaitu mengajak orang-orang untuk menerima dan menghargai apapun bentuk tubuhnya.
Ide ini sudah tepat sebagai bagian dari narasi tentang self-love dan self-acceptance. Tapi bukan berarti kita tidak perlu merawat diri.
Tujuan utama dari merawat diri adalah untuk menjaga kesehatan, baik fisik maupun mental. Bukan untuk memenuhi standar kecantikan tertentu.
Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, rajin berolahraga, rutin merawat wajah dengan skincare, istirahat yang cukup, menghabiskan waktu bersama orang-orang terkasih dan sebagainya merupakan cara-cara yang bisa dilakukan untuk merawat diri.
Jadi, perihal menerima dan menghargai bentuk tubuh, misalnya, bukan berarti membenarkanmu makan makanan yang tidak sehat. Bukan berarti membenarkanmu untuk males gerak.
Jika pola makan dan aktivitasmu tidak sehat, kamu bukan hanya akan mengalami kegemukan atau obesitas, melainkan berisiko lebih tinggi terserang penyakit-penyakit kardiovaskular.
Perkara kamu sudah makan makanan sehat dan rajin olahraga tapi badanmu tetap nggak bisa kayak Megan Fox, ya sudah, terima saja. Ini baru namanya self-love dan self-acceptance.
Ketiga, self-love dan self-acceptance bukan berarti tidak perlu meningkatkan kualitas diri