Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bingung Antara Mau Jadi Generalis atau Spesialis? Mengapa Tidak Jadi Keduanya Sekaligus?

18 Juni 2021   17:23 Diperbarui: 19 Juni 2021   09:45 1111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi generalis vs spesialis | sumber gambar: anakteknik.co.id

"Lebih baik jadi generalis atau spesialis?"

Pertanyaan atau perdebatan tentang ini mungkin sudah pernah Anda dengar. Biasanya dikotomi antara generalis dan spesialis kerap ditemui ketika membahas tentang orientasi karir.

Seseorang yang baru memulai karir atau menapaki dunia kerja mungkin akan merasa dilema, mana yang lebih baik antara keduanya.

Menjadi spesialis di bidang tertentu barangkali akan membuat seseorang lebih mudah dikenal karena penjenamaan diri (personal branding) yang lebih kuat. Misalnya, seseorang dikenal sebagai ahli IT, spesialis penyakit dalam, pakar ekonomi makro dan sebagainya. Hal tersebut dinilai lebih mampu menunjukkan kepakaran seseorang dalam suatu bidang.

Sementara generalis sering disebut memahami banyak ilmu namun hanya sebatas kulitnya sehingga dianggap tidak benar-benar paham atau mengusai apapun (jack of all trades but master of none).

Manusia adalah Makhluk Generalis-Spesialis

Sejarah membuktikan bahwa manusia mampu bertahan hidup sejak 300 ribu tahun yang lalu hingga hari ini karena kemampuan adaptasinya yang luar biasa. Sejumlah bukti sejarah menunjukkan bahwa kemampuan manusia dalam menjadi generalis sekaligus spesialis telah membuat mereka bertahan hidup hingga saat ini.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh arkeolog Patrick Roberts dari Max Planck Institute dan Brian Stewart dari University of Michigan yang dipublikasikan dalam Nature Human Behaviour. 

Mereka berkesimpulan bahwa kemampuan Homo sapiens untuk beradaptasi dalam lingkungan yang berbeda, bahkan cenderung ekstrem, berperan menyelamatkan manusia modern dari ancaman kepunahan.

Dimulai dari migrasi Homo sapiens keluar dari benua Afrika, 100 ribu tahun setelah kemunculannya, hingga kemudian berhasil menjelajahi seluruh dataran di bumi dengan kondisi beragam : panas dan gersangnya gurun di Semenanjung Arab, dinginnya dataran tinggi Tibet hingga basah dan hangatnya hutan hujan tropis Indonesia.

Sebagian dari Homo sapiens ini ada yang menetap dan berkembang biak di lingkungan tertentu, menggantikan spesies manusia purba yang telah ada sebelumnya, seperti Homo neanderthalensis atau Homo erectus.

Inilah yang menunjukkan bahwa manusia dengan sisi adaptifnya merupakan makhluk generalis, namun mampu menspesialisasikan dirinya ke dalam kondisi tertentu dengan berkoloni dan membangun peradaban, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian populasi Homo sapiens di lingkungan tertentu.

Dalam perkembangannya di zaman modern, konsep menjadi generalis sekaligus spesialis ini tidak hanya relevan dalam bidang arkeologi dan sejarah, tetapi juga bisa diaplikasikan dalam hal pengembangan diri, pendidikan, dan karir.

ilustrasi generalis vs spesialis | sumber gambar: anakteknik.co.id
ilustrasi generalis vs spesialis | sumber gambar: anakteknik.co.id

Apakah dengan menjadi generalis sekaligus spesialis akan mengaburkan penjenamaan diri?

Tidak.

Banyak tokoh terkemuka dunia yang merupakan seorang generalis sekaligus spesialis. Namun mereka tetap sukses membranding diri dan dikenal sebagai pakar di bidang tertentu dari sekian banyak keahlian atau pengetahuan yang mereka kuasai. 

Leonardo Da Vinci, selama ini kita kenal sebagai seorang pelukis. Namun ia juga memiliki ketertarikan dalam bidang matematika, anatomi, arsitektur, optik dan teknik sipil. Ia bahkan pernah membuat konsep dan desain alat tempur militer, seperti tank, senapan mesin dan mesin terbang.

Ibnu Sina mendalami filsafat, ilmu kedokteran dan astronomi secara bersamaan. Namun dunia mengenalnya sebagai Bapak Kedokteran Modern dan karyanya yang paling terkenal, al-Qanun fi at-Tibb, menjadi rujukan utama dalam bidang kedokteran selama berabad-abad.

Jalaluddin Rumi, penyair sufi yang agung, semasa mudanya mempelajari berbagai bidang keilmuan, seperti tata bahasa Arab, ilmu administrasi, ulum Al-Quran, ilmu mantiq, filsafat, astronomi dan sebagainya.

Dari dalam negeri, kita mengenal sosok Y.B. Mangunwijaya atau yang populer dengan panggilan Romo Mangun, seorang rohaniwan, budayawan, arsitek, penulis, aktivis sosial dan pembela wong cilik. 

Walaupun beliau dikenal melalui novelnya yang berjudul Burung-Burung Manyar, dan sejumlah novel serta esai yang tersebar di berbagai surat kabar, beliau juga dikenal sebagai seorang arsitek. Namanya tercatat dalam daftar 10 arsitek Indonesia terbaik bahkan disebut sebagai Bapak Arsitektur Modern Indonesia.

Cara Menjadi Generalis Sekaligus Spesialis

Pertama, jadilah spesialis di bidang yang dipelajari atau menjadi pekerjaan sehari-hari

Teman-teman mahasiswa bisa jadi ada yang kuliah di kedokteran, teknik, hukum, ekonomi dan sebagainya. Pelajarilah setiap mata kuliah yang diajarkan dengan baik karena kelak itu akan menjadi kompetensi dasar yang teman-teman butuhkan ketika sudah lulus (baca: bekerja).

Misalnya, saya yang pernah kuliah jurusan akuntansi tentu harus paham logika dasar akuntansi dan membaca laporan keuangan. Jangan sampai urusan sesepele menempatkan debet kredit saja tidak paham.

Begitu pula dengan Anda yang sudah bekerja. Ada yang bekerja di sektor pemerintahan, manufaktur, keuangan, hospitality dan sebagainya.

Apapun bidang pekerjaan Anda sekarang, tingkatkanlah pengetahuan dan keterampilan di bidang tersebut. Siapa tahu Anda berpeluang mendapat promosi dan kenaikan gaji.

Kedua, jangan ragu dan takut untuk mempelajari hal lain di luar bidang studi dan pekerjaan Anda

ilustrasi menemukan passion di luar bidang studi kuliah dan pekerjaan | sumber gambar : insidehighered.com
ilustrasi menemukan passion di luar bidang studi kuliah dan pekerjaan | sumber gambar : insidehighered.com

Anak teknik punya passion di bidang fotografi. Anak ekonomi punya passion di bidang desain grafis. Kenapa tidak?

Kalau ditekuni dan jadi mahir, teman-teman bisa lho, memanfaatkan keahlian itu untuk menambah uang jajan.

Mau menjadikannya sebagai profesi setelah teman-teman lulus juga tidak masalah.

Anda yang sudah bekerja pun boleh belajar dan mengasah skill di bidang lain yang disenangi walaupun tidak berhubungan dengan pekerjaan utama.

Misalnya, pegawai bank yang hobi masak mengikuti kursus memasak untuk meningkatkan skill memasaknya. Bagi yang tidak punya banyak dana (karena ikut kelas memasak itu mahal), bisa memanfaatkan internet untuk belajar memasak menu-menu kekinian.

Keahlian memasak ini bisa Anda manfaatkan untuk mencari penghasilan tambahan atau sekadar menyajikan menu variatif untuk keluarga agar tidak bosan.

Wasana Kata 

Dikotomi generalis vs spesialis tidak perlu diperdebatkan. Bahkan kalau perlu dihapus saja. 

Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat manusia tidak hanya harus bersaing dengan sesama manusia, tapi juga mesin. Munculnya otomatisasi pekerjaan dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dapat menyebabkan hilangnya beberapa pekerjaan yang biasa dilakukan oleh manusia.

Kondisi ini menjadi lebih rentan bagi para spesialis sehingga mereka dituntut untuk memiliki alternatif kepakaran lain.

Menjadi generalis-spesialis menandakan bahwa seseorang tidak berhenti belajar. Karena ia akan terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar mampu bertahan di tengah perubahan dan tantangan zaman yang semakin kompleks.

Referensi: 1, 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun