Sementara jawaban versi idealis menyatakan bahwa berpendidikan itu tujuannya agar kelak dapat membuat perubahan di tengah masyarakat yang "sakit" dan memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi sesama.
Jawaban ini juga benar.
Entah untuk memanaskan suasana atau apa, biasanya ada yang membalas, "Ngapain sih masih sok idealis, idealisme doang nggak bisa bikin kenyang." Dan perdebatan pun dimulai.
Tapi, kalau dipikir-pikir, iya juga sih. Di dunia ini mana ada yang gratisan?
Pendidikan yang Memerdekakan Manusia
Beliau juga memandang manusia pada sisi psikologisnya sebagai individu yang memiliki daya jiwa, yaitu cipta, rasa, karsa dan karya. Pengembangan daya jiwa ini harus dilakukan secara seimbang untuk mengembangkan manusia menjadi seutuhnya manusia.
Menitikberatkan pengembangan manusia hanya pada salah satu daya jiwa dan mengabaikan yang lain mengakibatkan manusia tidak berkembang secara utuh. Alhasil, manusia menjadi seperti robot atau mesin.
Masalahnya, pendidikan saat ini lebih banyak menekankan pada daya cipta atau intelektual semata dan kurang memperhatikan rasa, karsa dan karya.Â
Hal itu menciptakan individu-individu yang egois dan tidak akrab dengan problematika sosial di sekitarnya. Mereka tumbuh menjadi pribadi yang kurang humanis atau manusiawi.
Maka, jangan heran ketika ada orang berpendidikan dengan gelar berderet tapi selalu merasa diri lebih pintar, tidak memiliki rasa belas kasih bahkan tanpa rasa bersalah memperkaya diri dengan merampok uang negara.
Pendidikan Mempersiapkan Kita untuk Dapat Menghadapi Kehidupan
Pendidikan, dalam bentuk apapun, sebenarnya bertujuan untuk mempersiapkan manusia agar dapat memenuhi tiga aspek, yaitu:Â kehidupan (pribadi), pekerjaan, dan kewarganegaraan.