Orangtua sering berpesan kepada kita saat masih kecil untuk rajin belajar agar kelak menjadi orang sukses. Kesuksesan itu juga kerap dikaitkan dengan memperoleh pekerjaan-pekerjaan tertentu---yang ditengarai membuat kita mapan atau setidaknya memiliki penghasilan tetap---seperti dokter, polisi, tentara, guru, insinyur, pengacara dan sebagainya.
Tentu tidak ada yang salah dengan harapan orangtua pada anak-anaknya. Tidak ada orangtua yang berharap anak-anaknya gagal.
Begitu pula ketika kita berada di fase menjelang kelulusan kuliah dan fresh graduate. Mendapatkan pekerjaan impian di perusahaan atau instansi yang mentereng menjadi impian mereka yang baru lulus perguruan tinggi.
Sekali lagi, hal ini juga sah-sah saja. Karena selepas kuliah, seorang anak seharusnya sudah bisa mandiri dan mengurangi ketergantungan pada orangtuanya. Minimal mandiri secara finansial.
Pendidikan tinggi yang diraih seseorang memang kerap dikaitkan dengan pekerjaan yang layak dan masa depan yang lebih baik.Â
Kita juga tidak dapat memungkiri bahwa ada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang membutuhkan latar belakang pendidikan dan keahlian khusus sehingga tidak sembarang orang bisa melakoni pekerjaan tersebut.
Namun, pernahkah Anda berpikir, apakah benar tujuan kita berpendidikan hanya agar bisa memperoleh pekerjaan atau kenaikan jabatan semata? Mungkinkah ada orang yang melanjutkan kuliah hingga S2 bahkan S3, namun hanya untuk memperdalam suatu bidang ilmu dan tidak ada hubungannya dengan kerja atau kenaikan jabatan?
Untuk pertanyaan kedua, Anda bisa temukan jawabannya di artikel ini.
Jawaban untuk pertanyaan pertama, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua: jawaban versi normatif dan jawaban versi idealis.
Jawaban versi normatif dari pertanyaan tersebut biasanya berbunyi, "Susah-susah kuliah, punya ijazah kalau ujung-ujungnya nggak dipakai buat kerja, trus buat apa?" Dan jawaban lain yang senada.
Jawaban ini tidak salah. Ini realistis. Percayalah.