Kini istilah itu juga dapat digunakan untuk menggambatkan kondisi keuangan individu yang mengalami stagnansi pada level menengah sehingga menyebabkan seseorang sulit untuk mencapai kondisi keuangan yang lebih sehat.Â
Ada pun ciri-ciri seseorang yang terjebak middle income trap antara lain :Â
- pengeluaran untuk kebutuhan sekunder dan tersier lebih besar daripada pengeluaran untuk kebutuhan primer
- pengeluaran untuk 4 kali weekend mencapai 30%-40% dari penghasilan
- pembayaran utang berupa cicilan konsumtif, seperti kartu kredit, lebih besar dibanding jumlah yang ditabung setiap bulan
- nilai aset yang dipakai sendiri (rumah, mobil, perhiasan dan lain-lain) lebih besar daripada nilai aset investasi (saham, obligasi, reksa dana dan lain-lain)
- minim atau bahkan sama sekali tidak memiliki dana likuid, seperti simpanan tunai di tabungan, deposito dan sebagainya
Tidak dapat dipungkiri, kelas menengah merupakan kelompok yang paling rentan terjebak middle income trap. Gaya hidup dan gengsi yang tinggi agar dianggap orang berada menjadi penyebab utamanya.Â
Gaji naik, ganti gawai. Jabatan naik, ganti mobil. Dapat bonus, beli barang branded. Tabungan terkumpul banyak, pergi liburan. Jadi, setiap kali penghasilan meningkat pengeluaran untuk gaya hidup juga ikut meningkat.Â
Sebenarnya hal itu boleh-boleh saja dilakukan kalau ada alasan yang dapat dibenarkan dan sudah direncanakan dengan matang. Jadi tidak akan mengganggu kesehatan keuangan kita. Karena tanpa perencanaan keuangan yang matang, bisa-bisa uang berapa pun yang dimiliki akan habis sehingga tidak ada yang dapat ditabung dan diinvestasikan.Â
Tips Menabung Bagi yang Sulit MenabungÂ
Ada sebuah survei yang dilakukan oleh Narasi TV terhadap 295 responden pada Februari 2019 lalu mengenai alasan mengapa kelas menengah di Indonesia tidak bisa menabung.
Survei tersebut dilakukan terhadap responden dengan rentang usia 21-44 tahun di mana di dalamnya mencakup juga generasi milenial dan dewasa muda yang notabenenya masih produktif.Â
Hasil survei tersebut menunjukkan alasan utama seseorang tidak bisa menabung adalah belanja, dengan persentase sebesar 31,8%. Disusul di urutan kedua dengan persentase sebesar 24,3%, yaitu pembayaran cicilan. Kemudian berturut-turut di urutan ketiga sampai kelima adalah hangout (18,5%), traveling (14,7%) dan hobi (10,6%).Â
Belanja barang branded, hangout ke mall, liburan ke luar negeri atau mengeluarkan uang demi menunjang hobi tentu boleh-boleh saja. Asalkan bisa mengendalikan.Â
Oleh karena itu, kebiasaan menabung dan berinvestasi harus dibangun sejak dini. Selain untuk membebaskan kita dari jebakan middle income trap, menabung dan investasi akan membuat masa depan keuangan kita cenderung lebih terjamin. Apalagi kalau kita sudah tua dan tidak seproduktif saat masih muda.Â