Aturlah pengeluaran bulanan serinci mungkin. Sisihkanlah terlebih dulu minimal 10% dari penghasilan untuk tabungan dan/atau investasi. Persiapkan juga dana darurat jika sewaktu-waktu terjadi pengeluaran mendadak, seperti sakit atau kematian. Besaran dana darurat yang harus dikumpulkan adalah 6 kali pengeluaran bulanan jika belum menikah dan 12 kali pengeluaran bulanan jika sudah menikah.Â
Anda juga boleh mempertimbangkan untuk punya asuransi kesehatan, asuransi jiwa atau asuransi pendidikan untuk anak-anak.Â
Yang lebih penting lagi dalam manajemen keuangan adalah mampu membedakan mana kebutuhan mana keinginan dan mendahulukan kebutuhan di atas keinginan.Â
4. Mengenalkan literasi keuangan pada anak sejak dini
Salah satu sebab munculnya fenomena generasi sandwich adalah kurangnya literasi keuangan dari generasi-generasi sebelumnya sehingga tidak mempersiapkan dana pensiunnya dengan matang. Agar hal serupa tidak terulang pada generasi setelahnya, literasi keuangan perlu diajarkan pada anak-anak sesuai dengan jenjang usianya.Â
Baca selengkapnya di : Mengajarkan Literasi Keuangan pada Anak Sesuai Jenjang UsiaÂ
Jika anak sudah cukup umur untuk memahami, misalnya usia-usia anak SMA, ajaklah anak berdiskusi tentang keuangan dan kebutuhan keluarga. Mungkin ada orang tua yang menghindari hal ini karena ingin anaknya fokus saja pada sekolahnya tanpa harus dibebani dengan hal-hal seperti itu.Â
Namun di sisi lain, hal ini setidaknya memberi gambaran tentang pengelolaan keuangan sehingga ketika di kemudian hari sang anak sudah punya penghasilan sendiri, ia akan belajar mengatur uangnya dengan baik. Selain itu, ia juga bisa belajar membuat keputusan keuangan untuk masa depannya kelak.Â
Referensi : satu, dua, tiga, empat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI