Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Generasi Sandwich: Berkah atau Beban?

8 Desember 2020   06:14 Diperbarui: 30 April 2021   10:46 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi generasi sandwich-lifepal.co.id

Faktor-faktor Munculnya Generasi Sandwich di Indonesia

Fenomena ini merupakan hal yang lumrah terjadi di Indonesia karena berbagai faktor berikut.

1. Nilai kekeluargaan 

Di Indonesia yang masih memegang teguh nilai-nilai ketimuran dan nilai-nilai kekeluargaan, anak yang telah dewasa dan bekerja dianggap sudah sepantasnya membiayai hidup orang tuanya. Walaupun berat, tapi tetap harus dilakukan atau ia akan dicap sebagai anak durhaka. 

2. Tuntutan sosial 

Ketika anak sudah dewasa, lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan, orang tua biasanya akan menyuruh anaknya untuk segera menikah tanpa memperhatikan apakah sang anak sudah siap secara mental dan finansial untuk berumah tangga. Jika tidak, biasanya bakal jadi bahan gunjingan dan nyinyiran tetangga bahkan keluarga besar. Bukan bermaksud apa-apa, tapi kebutuhan hidup sekarang makin mahal. 

3. Kurangnya pemahaman tentang literasi finansial 

Kurangnya pemahaman tentang literasi finansial menyebabkan orang tidak mempersiapkan dana pensiun dengan baik sehingga hanya menggantungkan hidup pada anak. Seolah-olah anak adalah investasi hari tua paling ampuh. 

Perempuan Generasi Sandwich Lebih Rentan Mengalami Stres

Walaupun generasi sandwich bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan, namun perempuan menanggung tekanan dan tuntutan sosial yang lebih berat. Laki-laki telah dinilai bertanggung jawab ketika mereka bisa memberi nafkah, baik kepada istri, anak, orang tua bahkan adik-adiknya (jika ia punya adik yang masih sekolah, misalnya). Sebatas itu saja sudah cukup. 

Sementara perempuan, selain ia harus bekerja untuk membantu perekonomian keluarga, ia masih dibebani tugas mengerjakan pekerjaan rumah (memasak, bersih-bersih, mencuci dan sebagainya), mengurus suami (jika ada), mengasuh anak dan orang tua. Jika salah satu saja dari hal-hal tersebut gagal dipenuhi, orang-orang akan menganggapnya sebagai perempuan gagal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun