Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melawan Diskriminasi Usia

2 November 2020   16:33 Diperbarui: 2 November 2020   21:02 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi lansia sebagai salah satu korban ageisme-pixabay.com

Walaupun pengamatan Butler menyasar pada orang-orang lansia, age-isme juga bisa dialami oleh anak-anak muda. Anak-anak muda yang menjadi korban age-isme sering distereotipkan sebagai pemalas, manja, suka membangkang, kurang ilmu, miskin pengalaman, terlalu emosional dan tidak punya kebijaksanaan. 

Akibatnya, mereka kerap dipandang sebelah mata. Pendapatnya sering tidak didengar, tidak dapat menduduki posisi atau jabatan tertentu karena dinilai terlalu muda, tidak diberi kesempatan atau kebebasan untuk membuat keputusan atas hidupnya dan lain-lain. 

Adapun age-isme yang menimpa orang-orang lansia, memandang mereka sebagai lemah, pikun, kolot, tidak berdaya, beban (baik itu beban keluarga maupun beban negara) dan tinggal menunggu ajal.

Inilah sebabnya para lansia sering dipersulit untuk mengakses hal-hal tertentu. Mulai dari penolakan aplikasi kredit, asuransi hingga menjadi anggota suatu komunitas. 

Akibat yang Ditimbulkan oleh Age-isme

Glorifikasi kaum muda seringkali membuat pekerja berusia 40 tahun keatas mentok dalam hal pengembangan karir. Mereka dianggap keras kepala, arogan, terlalu berpengalaman, malas belajar hal-hal baru dan sulit beradaptasi.

Saya tidak tahu apakah ada korelasi antara usia seseorang dengan kemauan untuk belajar hal-hal baru, termasuk belajar dari seseorang yang usianya lebih muda. Tapi stereotip itu ternyata cukup banyak diyakini di lingkungan kerja. 

Age-isme pada lansia ternyata juga dapat menyebabkan mereka mengalami perundungan, seperti kekerasan fisik, verbal sampai pengabaian akan kebutuhan medis dan kebutuhan fisik lainnya. 

Seorang anak yang mengintimidasi atau menyiksa orang tuanya karena tidak terima dengan hasil pembagian harta warisan, membentak dengan kata-kata kasar, mengisolasi mereka dari dunia luar atau komunitasnya, termasuk bagian dari perundungan terhadap orang-orang tua. 

Hal ini bisa mempengaruhi kesehatan fisik dan mental mereka. Mereka akan merasa tidak berdaya, ketakutan, kesepian dan putus asa. 

Sementara age-isme pada anak muda dapat menyebabkan mereka kehilangan banyak kesempatan untuk mengembangkan minat dan potensi diri. Mereka akan merasa kecewa karena selalu diremehkan dan tidak dipercaya. Padahal mereka sudah cukup matang dan punya kemampuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun