Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ingin Bahagia? Berhenti Menjadi "People Pleaser!"

30 September 2019   20:25 Diperbarui: 1 Oktober 2019   19:13 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi-image by Myriam Zilles from pixabay.com

Hidup memang terasa lebih indah dan menyenangkan ketika banyak orang yang menyukai kita. Ketika kita mampu membuat orang lain bahagia, secara tidak langsung kita akan ikut merasakan kebahagiaan itu. 

Kita juga sering mendengar nasihat kalau ingin diperlakukan baik oleh orang lain maka kita harus memperlakukan orang lain dengan baik. Jangan harap orang akan memperlakukan Anda dengan baik kalau Anda sendiri masih suka bersikap kasar pada mereka.

Namun pernahkah Anda merasa sudah bersikap baik pada seseorang tapi justru dibalas dengan keburukan? Pernahkah Anda merasa sudah berbuat baik pada seseorang tapi malah dianggap cuma "cari muka" atau "cari perhatian"? 

Pernahkah Anda merasa sudah bersikap baik pada seseorang tapi orang itu malah membicarakan keburukan Anda di belakang? Bagaimana perasaan Anda? Apakah dengan begitu Anda jadi kapok untuk berbuat baik?

Semua Hanya tentang Persepsi

Jika kita menanam padi maka akan tumbuh padi dan rumput-rumput liar di sekelilingnya. Namun jika kita menanam rumput liar, tidak akan tumbuh padi. -Anonim-

Itu adalah analogi kalau kita senantiasa menebar kebaikan, maka kita juga akan memperoleh kebaikan walaupun ada saja keburukan-keburukan dari mereka yang tidak menyukai kita, misalnya.

Sementara jika kita banyak melakukan keburukan, kita hanya akan memanen keburukan-keburukan lainnya. Sekeras apapun kita berusaha melakukan kebaikan, pasti tetap ada orang-orang yang tidak suka. Entah karena iri atau sebab-sebab lain yang kadang-kadang tidak masuk akal.

Bagi Anda yang beragama Islam, Anda pasti mengetahui kisah hidup Nabi Muhammad SAW bukan? Dan Anda pasti tahu kalau Rasulullah mendapatkan cobaan yang begitu berat dalam menjalankan dakwahnya.

Di Kota Thaif, misalnya, Rasulullah dan para sahabat diperlakukan dengan kasar bahkan dilempari batu hingga terluka. 

Bayangkan, seorang Rasul yang merupakan manusia mulia pilihan Allah pun ada saja yang tidak suka bahkan memperlakukannya dengan kasar. Apalagi kita, para manusia dengan tingkat keimanan ala kadarnya.

Jika mereka membenci kita karena kelakukan kita yang menyebalkan, itu sudah jelas. Artinya itu memang salah kita dan kita harus mau memperbaikinya.

Tapi kalau kita sudah berperilaku baik dan mereka masih saja nyinyir, itu urusan mereka. Mungkin mereka salah paham atau belum mengenal dengan baik siapa kita sehingga penilaian mereka hanya berdasarkan prasangka saja. Seiring berjalannya waktu, bisa saja persepsi mereka tentang kita berubah.

Nah, kalau tidak berubah juga bagaimana? Yasudah, tidak usah memaksa mereka untuk harus menerima kita. Semakin kita memaksakan diri untuk menjadi "people pleaser", yang ada kita jadi stres. Toh, hidup dan kebahagiaan kita tidak bergantung dari persepsi mereka.

Fokus Pada Hidup Anda
Hidup Anda yang menjalani Anda sendiri. Hidup mereka ya mereka sendiri yang menjalani. Kalau mereka berkomentar negatif tentang hidup Anda atau apapun yang Anda lakukan, abaikan. Terlalu ambil hati atas nyinyiran mereka hanya akan menghalangi kebahagiaan Anda. Memangnya mereka siapa?

Mereka bisa jadi hanya melihat permukaannya saja tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Anda lebih tahu tentang hidup yang Anda jalani. Jadi, jangan dengarkan mereka yang dikit-dikit nyinyir. Selama yang Anda lakukan masih "on the right track" dan tidak merugikan kemaslahatan orang lain, jalan saja terus.

Memang, ada saja orang-orang kurang kerjaan yang hobinya ngurusin urusan hidup orang lain. Padahal urusan hidup dia sendiri belum bener. Setiap ketemu sama orang-orang seperti ini, saya cuma bisa bilang dalam hati, "selo banget uripmu lur.."

Orang hidup pasti punya tujuan. Tujuan hidup kita mungkin sama namun bisa saja cara yang ditempuh untuk mencapainya berbeda-beda. Oleh karena itu, fokuslah pada tujuan itu. Fokuslah memperbaiki diri. Karena sebenarnya musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.

Bahagia tidak harus menunggu orang lain membahagiakan kita. Mulai saja dulu dengan menciptakan kebahagiaan bagi diri sendiri baru kita bisa menularkan virus bahagia itu pada orang lain.

Tetap menebar kebaikan dengan ikhlas tanpa mengharap pujian atau pengakuan juga membuat kita lebih bahagia. Karena kebahagiaan kita tidak bergantung pada pujian atau pengakuan mereka.

Dan yang harus diingat adalah Anda TIDAK WAJIB menyenangkan semua orang karena tidak semua orang bisa menghargai kebaikan Anda. 

Sekian tulisan receh saya hari ini. Semoga bermanfaat. Selamat malam dan selamat beristirahat. 

Salam hormat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun