Sebelum menutup mata, Soekarno yang sudah semakin parah sakitnya dibesuk oleh Hatta. Keduanya saling berpegangan tangan dan berkomunikasi dalam bahasa Belanda. Soekarno meneteskan air mata pada pertemuan terakhir kedua sahabat seperjuangan itu. Raut wajah Hatta pun gundah gulana sebagaimana dilukiskan oleh Meutia Hatta, putri sulungnya yang turut menemani ayahandanya.
Persahabatan keduanya tidak serta merta berakhir dengan kepergian Soekarno ke Sang Khalik. Hatta adalah orang yang paling bersuara lantang melawan program Desoekarnoisasi pemerintahan Soeharto. Tidak ada satupun anggota keluarga besar Soekarno yang berani bersuara seperti Hatta saat itu. Bahkan saat meninggal dunia, Hatta membawa serta perbedaan pendapat antara dirinya dengan Soekarno. Beliau secara khusus mewariskan sepucuk surat kepada Guntur Soekarnoputra yang berisi susunan nama-nama Panitia Sembilan (panitia yang terdiri dari sembilan orang dengan tugas merumuskan dasar negara Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945) dengan menempatkan nama ayahandanya, Soekarno di urutan pertama.
Ada baiknya tulisan ini diakhiri dengan sebuah puisi :
Bisa berbeda pendapat
Manakala disertai argumen yang sehat
Berbeda pendapat bukan berarti harus sepakat
Apalagi sampai saling sikat
Sekedar berbagi.
Selamat malam Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H