Lancelot memang menyukai Arabel. Tapi semakin lama dirasakan, bukan dia satu - satunya alasan Lancelot datang ke London. Makin kentara bahwa dirinya lebih ingin bertempur demi melindungi semua orang. Lalu kenapa jadi begini? Kenapa ia jadi mencintai penduduk London yang jelas adalah musuhnya?
    Lancelot memegangi kepalanya yang pening. Dadanya terasa sesak.
    Sudahlah. Ia tidak peduli lagi.
    Lancelot lalu bangkit dari duduknya. Yang mana alasannya bukan masalah. Yang jelas sudah banyak orang celaka karena pemboman Nazi. Dan masih banyak lagi yang perlu dilindungi.
    Lancelot ingin menolong mereka. Hati kecilnya tidak tega membiarkan.
    Laki - laki itu pun masuk ke dalam rumah. Menyambar dompet serta jaketnya lalu berlari keluar. Dengan napas memburu Lancelot segera menaiki sepeda, memacunya menuju halte bus terdekat.
    "Stella, Jake, pak Stewart, semuanya ... aku datang!"
***
    Byur! Rasa dingin air menjalar di tubuh Stella.
    Stella membuka mata lalu menggeliat. Namun tak sejengkal pun anggota tubuhnya bisa bergerak. Beberapa saat kemudian barulah Stella sadar dirinya terikat pada sebuah kursi.
    "Kau sudah sadar, nona?" Eduard berdiri di depannya sambil meletakkan ember, "kini kita harus bicara. Siapa yang memerintahkanmu menguntit kami? MI5?"