Senapan Lancelot terus menembak tanpa henti. Untuk sesaat kelihatannya Antony akan kalah. Namun sebuah langkah kilat segera dilakukan pilot Jerman itu untuk menyelamatkan diri.
    Lewat manuver Split-S Antony berhasil lolos dan kini terbang di bawah Lancelot. Sebuah manuver yang tak terduga sama sekali. Membelokkan pesawat berkecepatan tinggi seperti yang dilakukan Antony jelas butuh keahlian khusus. Salah - salah pesawatnya akan terpental dan hilang keseimbangan.
    Untuk kesekian kali Antony berhasil mempecundangi Lancelot. Rasa frustrasi pun mulai menyergap pihak yang dipecundangi.
    Selama ini Lancelot terbiasa memperoleh kemenangan cepat. Sebuah candu kemenangan yang berbahaya. Sekali saja kemenangan cepat tidak didapat, mental segera terpengaruh. Anjlok.
    Namun Lancelot ingin coba menyerang sekali lagi.
    Saat Lancelot sedang berusaha merebut kemenangan, suasana aneh mendadak muncul.
    Hawa dingin yang muram, entah darimana, memenuhi kokpitnya. Perubahan itu menyebabkan konsentrasi Lancelot terganggu. Meski sempat melihat Antony melintas di depannya, Lancelot terlambat untuk menembak. Perasaannya tengah dihimpit sesuatu yang terasa berat. Seperti merasakan kesedihan yang amat dalam.
    "Stella!"
***
    "Gadis itu sudah meninggal ...," dokter dari ruang operasi berkata. Ia melirik jam dinding sambil mengusap peluh, "... tepat dua menit yang lalu."
    Polisi yang berdiri di hadapannya terdiam. Lord Cavanaugh yang berdiri di belakang sang polisi juga terdiam. Anggota parlemen itu menampakkan ekspresi yang sulit ditebak.