Pesawat Antony ditenagai mesin BMW 801. Sangat kuat untuk duel udara. Lancelot merasa cemas. Mungkin hanya mesin Rolls-Royce versi terbaru yang mampu menyamai kekuatan BMW saat ini.
------------------------Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â - -----------------------
    Bunyi sirine serangan udara telah berbunyi.
    Untuk kesekian kali London dilanda kepanikan. Semua kegiatan di kota segera dihentikan. Para penduduk mencari tempat persembunyian dari bom musuh. Para polisi dan petugas Palang Merah membantu evakuasi tersebut. Mereka terkejut siang - siang begini Jerman sudah muncul.
    Kepanikan tak kalah hebat juga melanda pihak RAF. Mereka tak menduga akan serangan tersebut. Entah radar di pantai terlambat mendeteksi atau orang Jerman pandai mengelabui, kedatangan musuh baru tercium saat sudah dekat. Diperkirakan dalam waktu kurang dari lima menit, armada raksasa Jerman sudah menjejak London.
    Maka berlombalah para pilot pemburu RAF naik ke udara. Mereka hendak mencegat armada Jerman. Jangan sampai musuh terlanjur memasuki London dan menimbulkan kerusakan lagi.
    Namun waktu yang dipunyai RAF begitu sempit. Mereka berharap ada keajaiban terjadi.
***
    Satu - satunya pilot RAF yang saat itu sudah mengudara adalah Lancelot. Tidak heran ia menjadi orang pertama yang bertemu armada musuh.
    Anggota skuadron 614 tersebut memergoki armada Jerman tepat pukul 10.14 pagi. Lokasinya tak jauh dari selat Channel. Ribuan pesawat Jerman perlahan tampak muncul dari balik awan.
    Tanpa meminta izin menyerang pada atasan, sesuai kebiasaannya yang selalu melanggar disiplin, Lancelot segera menukik untuk menyerang. Veteran pilot akrobatik tersebut sudah punya rencana. Ia paham strategi apa yang mesti dipakai dalam serangan ini.
    Saat menukik Lancelot tidak segera menembakkan senapan mesin. Ia menjaga kondisi tetap sunyi. Baru ketika hidung pesawatnya tinggal 50 m dari sasaran, Lancelot menembak sambil menyentakkan kemudi.
    Dua pesawat Heinkel segera berasap tertembus peluru. Keduanya hilang keseimbangan sambil terputar - putar. Belum sempat para pilot Jerman menyadari apa yang terjadi, tembakan Lancelot menyusul datang bertubi - tubi. Pesawat - pesawat Jerman dilanda kepanikan.
    Sebuah pesawat Heinkel yang hendak mengelak malah menabrak pesawat rekan hingga keduanya jatuh. Sebuah pesawat lagi menyusul terjun bebas setelah diberondong tembakan Lancelot. Kanopinya terlihat dilalap api.
    Pesawat Lancelot terus memuntahkan peluru. Ia menembak sambil melakukan loop panjang. Ciri khas manuver serang Lancelot alias Si Penembak Cepat.
    "Schnelle shooter, bitte helfen!" Terdengar sinyal minta bantuan dari para penerbang Heinkel.
    Dan permintaan itu direspon dengan cepat oleh rekan - rekan mereka, para pilot pemburu Jerman. Bahkan lebih cepat dari dugaan Lancelot.
    Entah darimana datangnya, mendadak Lancelot melihat sayap sebuah pesawat melintang di depannya. Sayap itu meluncur begitu deras ke arahnya, tentu segera menabrak wajahnya bila tidak segera dihindari!
    Lancelot seketika menyentakkan kemudi untuk mengelak. Hidung pesawatnya secepat kilat menukik ke bawah. Namun tetap saja terlambat. Terdengar suara benturan keras.
    Kaca pesawat Lancelot pecah berhamburan menyiram kepalanya. Kerangka kokpit yang didudukinya bergemeretak. Tubuh pesawat tergoncang.
    Lancelot segera membuat manuver untuk mempertahankan keseimbangan terbangnya. Keringat dinginnya merembes karena kaget.
    Edan! Apa yang terjadi tadi? Pesawatnya memang sengaja ditabrak? Untung kejadian tadi tidak berakhir fatal. Lancelot berhasil menghindar meski sedikit terserempet.
    Dan ketika Lancelot berhasil menguasai kemudi, tampaklah siapa penyerang gelap tadi. Sebuah pesawat Jerman berpenampilan asing berputar - putar tak jauh darinya. Itu bukanlah tipe pesawat Jerman yang dikenali Lancelot selama ini.
    Terdapat tulisan 'liebe' di ekor pesawat tersebut. Lancelot jadi teringat cerita Jake. Kalau begitu lawan di depannya adalah pilot hebat yang terkenal itu?
    Sementara itu Antony Weber, sang pilot pesawat 'liebe', memandang Lancelot dari balik kaca kokpitnya. Ia gembira menemukan lawan yang dicarinya selama ini. Lancelot, sang Penembak Cepat Inggris, kini ada di hadapannya.
    Antony sama - sekali tidak menganggap enteng sang lawan.
    Duel satu lawan satu pun tak terhindarkan lagi.
***
    Stella menatap sekitarnya.
    Meski pikirannya mengambang, ia merasakan tubuhnya tergoncang - goncang. Dicobanya untuk menegakkan tubuh, sayang tenaganya tak cukup kuat.
    "Tenanglah, nona. Kau baru saja tertembak. Kami sedang membawamu ke ruang operasi," seseorang berkata dari atas kepala Stella. Orang itu tidak sendirian. Bersama rekan - rekannya ia tampak tergopoh - gopoh.
    Stella tidak bereaksi mendengar perkataan itu. Sekujur tubuhnya seperti kesemutan dan nyaris mati rasa. Aneh, ia kedinginan meski tak yakin cuaca sedang dingin.
    Saat hendak memasuki ruang operasi, ranjangnya diputar supaya mudah memasuki pintu. Ketika itulah Stella melihat polisi yang tadi ikut mengantarnya ke rumah sakit, berdiri tak jauh darinya. Polisi itu ternyata juga ada disini. Seorang pria bertubuh jangkung kemudian mendekati sang polisi. Mereka terlihat berbicara.
    Mata Stella yang makin berat masih bisa menangkap siapa gerangan pria tersebut. Lord Cavanaugh. Pengkhianat itu.
    Dan pintu ruang operasi pun ditutup.
***
    Wajar, Lancelot belum pernah melihat tipe pesawat lawan.
    Pesawat Antony memang masih berupa prototipe. Nama sandinya adalah V5. Sebuah jenis pesawat pemburu yang benar - benar baru. Bukan orang Inggris saja yang kaget akan kehadirannya, orang Jerman pun heran.
    Masalahnya V5 masih dirahasiakan oleh para petinggi Luftwaffe. Meski uji coba terbangnya pada awal tahun ini berjalan sukses, V5 belum mencapai status untuk bisa diproduksi besar - besaran. Masih ada bagian - bagian pesawat yang perlu dibenahi lebih lanjut. Sekalipun begitu Antony tetap nekat memakai V5 untuk melawan Lancelot.
    Kelak orang akan mengenal V5 sebagai Focke Wulf Fw 109.
    Antony memang sengaja memaksa Luftwaffe menyediakan V5 untuknya. Pilot kawakan yang dijuluki Pembantai Udara itu tak mau gegabah dalam menghadapi Si Penembak Cepat. Menurut Antony, hanya V5 pesawat yang mampu menandingi gaya bertempur akrobatik si Penembak Cepat.
    Dengan berat hati Luftwaffe akhirnya mengeluarkan sebuah V5 dari pabriknya. Bila tidak mengingat pentingnya menghancurkan RAF, termasuk jago - jago terbangnya, mereka tak akan bersedia.
    Dan Hitler sengaja tak diberitahu soal ini.
***
    Bagai dalam film koboi, dua jago tembak itu kini berhadapan.
    Antony mengambil strategi bertahan. Meski telah mendengar nama besar Lancelot, ia tetap bersikap tenang. Antony punya dua keuntungan disini. Pertama, pesawat yang dimilikinya lebih modern. Kedua, pilot Jerman itu sudah mempelajari gaya bertempur lawannya.
    Lancelot sendiri tidak terlalu paham gaya bertempur Antony.
    Melihat lawan bersikap pasif, Lancelot segera mengambil inisiatif untuk menyerang. Pesawatnya seketika menanjak lalu menyentak. Sambil berputar membentuk loop panjang, Lancelot menembaki Antony. Itulah jurus khas Si Penembak Cepat.
    Antony kini dalam bahaya. Namun dengan segera ace Jerman itu menetralisirnya. V5 yang dipakainya dengan cepat melesat mengelakkan peluru lawan.
    Lancelot menggertakan gigi. Tak ada satupun tembakannya yang kena. Ia terkejut melihat begitu cepatnya pesawat musuh melesat. Teknologi apa yang Jerman gunakan pada mesinnya?
    Antony sendiri sudah paham bahwa jurus khas Lancelot, meski terlihat ganas, hanya efektif untuk menembak rombongan pesawat. Bila lawan yang dihadapi hanya satu, serangan itu tak sulit dihindari. Apalagi pesawat Antony mampu terbang lebih cepat. Tidak tanggung - tanggung, kecepatannya hampir dua kali lipat pesawat Lancelot.
    Kecepatan tersebut bisa terwujud dari mesinnya yang kuat, BMW 801 C-0. Dengan kekuatan 1.500 tenaga kuda, mesin tersebut bukan lawan seimbang Rolls-Royce Merlin Lancelot yang hanya 1180 tenaga kuda.
    Namun Lancelot belum menyerah. Dicobanya sekali lagi menggunakan jurus khas miliknya.
    Sambil menghentak kemudi, Lancelot membuat gerakan akrobatik lebih berani. Pesawat Hurricane-nya melakukan yaw dalam wujud loop panjang. Berbareng dengan itu semua senapannya menembak. Peluru pun berdesingan di sekitar V5, memaksa Antony untuk menukik.
    Lancelot bergegas menukik untuk mengejar. Kali ini dirinya dalam posisi menguntungkan. Pesawatnya berada di belakang Antony. Sebuah posisi ideal untuk menembak jatuh lawan.
    Senapan Lancelot terus menembak tanpa henti. Untuk sesaat kelihatannya Antony akan kalah. Namun sebuah langkah kilat segera dilakukan pilot Jerman itu untuk menyelamatkan diri.
    Lewat manuver Split-S Antony berhasil lolos dan kini terbang di bawah Lancelot. Sebuah manuver yang tak terduga sama sekali. Membelokkan pesawat berkecepatan tinggi seperti yang dilakukan Antony jelas butuh keahlian khusus. Salah - salah pesawatnya akan terpental dan hilang keseimbangan.
    Untuk kesekian kali Antony berhasil mempecundangi Lancelot. Rasa frustrasi pun mulai menyergap pihak yang dipecundangi.
    Selama ini Lancelot terbiasa memperoleh kemenangan cepat. Sebuah candu kemenangan yang berbahaya. Sekali saja kemenangan cepat tidak didapat, mental segera terpengaruh. Anjlok.
    Namun Lancelot ingin coba menyerang sekali lagi.
    Saat Lancelot sedang berusaha merebut kemenangan, suasana aneh mendadak muncul.
    Hawa dingin yang muram, entah darimana, memenuhi kokpitnya. Perubahan itu menyebabkan konsentrasi Lancelot terganggu. Meski sempat melihat Antony melintas di depannya, Lancelot terlambat untuk menembak. Perasaannya tengah dihimpit sesuatu yang terasa berat. Seperti merasakan kesedihan yang amat dalam.
    "Stella!"
***
    "Gadis itu sudah meninggal ...," dokter dari ruang operasi berkata. Ia melirik jam dinding sambil mengusap peluh, "... tepat dua menit yang lalu."
    Polisi yang berdiri di hadapannya terdiam. Lord Cavanaugh yang berdiri di belakang sang polisi juga terdiam. Anggota parlemen itu menampakkan ekspresi yang sulit ditebak.
    "Peluru itu mengoyak pembuluh vena utama dekat liver. Kami tak bisa berbuat banyak ...," dokter bedah itu berkata, "apa ada anggota keluarganya disini?"
    Polisi itu menggeleng, "gadis itu tak punya siapa - siapa di London. Kasihan dia. Kami sempat berbincang sebentar saat dia siuman di ambulans. Dia hanya menyebut satu nama ... Lancelot Green, pilot RAF."
    Kedua telinga Lord Cavanaugh langsung menegak mendengar nama Lancelot disebut.
    Dokter itu mengangguk, "baiklah. Tolong sampaikan berita duka ini pada tuan Green."
Bersambung
(Kisah ini ditayangkan tiap senin - rabu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H