"Siapa yang menulis semua ini? Siapa yang membeberkan rahasia Cavanaugh?" tangan Lancelot meremas lembaran surat kabar,"tolong beritahu aku ...," ujarnya sambil menatap tajam, "apakah Arabel? Eduard?"
    Jake, Gwen, dan para pilot Skuadron 614 saling berpandangan. Akhirnya pertanyaan itu muncul. Inilah saatnya.
    "Keduanya memang sudah di tahanan dan bersaksi. Namun kesaksian utama adalah dari majikan kami. Kau harus segera menemuinya," Jake menunjuk seseorang yang berdiri di kejauhan, "dia ada di sana!"
                                                                ***
    Majikan para 'bandit' itu berdiri di tengah Jembatan Waterloo.
    Dari ujung jembatan Lancelot berlari mendekatinya. Napasnya terengah - engah. Orang itu berdiri dalam posisi membelakangi. Seperti sedang menikmati keindahan sungai Thames.
    Lancelot terus saja berlari. Jake, Gwen, rekan - rekan pilot, serta penduduk London menyaksikan peristiwa itu dari kejauhan. Mereka semua menanti dengan berdebar. Mendadak majikan para 'bandit' itu menoleh. Lancelot terpana.
    "Stella!"
    Terkadang kenyataan lebih indah dari mimpi. Stella masih hidup. Semua orang bahagia melihat pertemuannya dengan Lancelot. Jake, Gwen, rekan - rekan pilot dan para penduduk terus melihat tanpa berkedip. Lancelot tak bisa berkata apa - apa. Rasanya masih tak percaya.
    "Semua hanya tipuan ...," untuk pertama kali suara Stella terdengar, "dokter itu memalsukan kematianku. Aku yang memintanya. Untung dia kenalan baikku. Semua demi mengelabui Cavanaugh. Saat disekap di rumah Arabel aku memergoki Cavanaugh dan mendengar semua rahasianya. Orang itu tentu ingin membunuhku di rumah sakit."
    "Tak apa. Kini dia tak bisa menyentuhmu lagi," Lancelot menyahut. Ia lalu menundukkan wajah, "Stella maafkan aku. Hampir saja aku membalas dendam ..."