Kemarin sore sepulang kantor saya mampir makan ke warung langganan di kawasan Rusun Sewa Lancang Kuning, Batu Ampar, Batam. Sembari menunggu si mbak langgananku menyajikan pesanan, aku bertanya dengan penasaran karena gerai-gerai yang lainnya sudah kosong dan bahkan sebagian lainnya sudah angkat gerobak.
“Penjual yang lainnya ke mana, Mbak?”
“Sudah bubar, Mbak. Saya juga minggu ini sudah harus angkat kaki.”
“Loh, kok begitu, mau pindah ke mana?”
“Iya mbak, nantinya untuk penjualan gerai makan di sini akan dikelola sendiri oleh pihak Jamsostek. Pihak lain tak punya kesempatan lagi untuk buka usaha di sini.”
“Oh… mengerti, Mbak. Sudah dapat tempat untuk buka usaha lagi?” tanyaku.
“Belum, Mbak. Di samping karena tempat usaha lain lebih mahal, kemungkinan untuk menarik pelanggan baru akan menjadi tantangan berat bagi usaha kecil-kecilan seperti kami.”
Saya mengangguk tanda mengerti.
Ada satu hal yang sangat saya pertanyakan dengan keputusan Jamsostek mengambil alih usaha kantin itu sendiri, yaitu masih kurang cukupkah jutaan dana yang mengalir ke kantor mereka untuk dikelola sehingga kantin dengan omset kecil begitu harus dikelola sendiri? Padahal, yang berjualan di sana juga bayar sewa tempat. Ataukah ini hanya permainan segelintir oknum agar orang-orangnya saja yang buka usaha di sana? Ini sih cuma praduga saya saja.