"Betul Jer,,,saya memang tidak pernah cerita pada siapapun mengenai dia". lanjutku dengan penuh percaya diri. (Aktingku makin sempurna)
" Ohh begitu?" Ekspresi Jermaine tiba - tiba berubah.
Saya terdiam. Namun kok jadi merasa bersalah ya?. Bukankah hal itu yang kuinginkan?. Memancing reaksi Jermaine?.
###
Sejak pertemuan terakhir itu, Jermaine tidak lagi menghubungi ataupun mengajakku nongkrong. Saya masih berharap bisa bertemu dan menjelaskan semua kebohongan ini. Tapi Jermaine malah semakin menjauh. Terlanjur sedih, saya putuskan untuk mengiyakan permintaan si Bos untuk menangani proyek di Jakarta. Karena pesan atau pun telpon ku tak lagi berbalas, ku kirimkan surel ke alamat emailnya. Harapku dia akan hadir walau di detik detik terakhir keberangkatanku.
"Perhatian!"
."Penumpang pesawat Garuda Indonesia GA 150 tujuan Jakarta dipersilahkan untuk naik pesawat melalui pintu 1E".
"Terimakasih!"
Jermaine tidak datang!. Burung besi ini bersiap membawaku pergi dari Batam menuju Jakarta yang angkuh. Seangkuh hatiku yang malu untuk mengatakan bahwa aku mencintai Jermaine. Ideku agar Jermaine menunjukkan rasa cintanya juga berantakan.
Kubuka ponselku, berharap ada pesan masuk darinya.
"Sebaiknya, kalau sudah dipesawat ponsel tidak di aktifkan mbak" suara berat di sebelahku mengingatkan.