" Tawaran menarik tuh!. Sekalian nonton jika ada film yang kita suka"
" Yups,,,sampai ketemu disana ya"
"Ok"
Bercerita tentang sahabatku Jermaine ini, memang tidak ada yang terlalu spesial. Sebagaimana umumnya pria, dia juga terkadang menyebalkan, egois, cerewet. Apalagi jika saya ajak nemanin belanja. Menurutnya menemani wanita belanja adalah kegiatan yang paling menyebalkan. Cuma beda harga Rp.1000 rupiah saja, bisa berkeliling dari satu toko ke toko yang lain. Intinya, menurut dia wanita itu terlalu ribet. Saya dan dia sering berdebat kusir hanya karena masalah tawar menawar harga. Akan tetapi karena pertemanan yang sudah lama semenjak dari bangku kuliah, membuat kami saling mengerti satu sama lain.
Banyak hal yang kami lakukan bersama. Mulai dari duduk berdampingan di kelas perkuliahan, menyusun skripsi bersama, ke kantin bersama. Hingga teman teman di kampus berusaha ngomporin agar kami mengubah status dari teman menjadi pacar. Saya dan Jermaine hanya tersenyum menanggapi permintaan teman teman. Senyuman saya lebih kepada "iya, maunya sih begitu". Tapi entah dengan senyuman Jermaine. Saya selalu sulit mengartikan semua perhatian maupun senyumannya. Dia sedikit misterius dengan hal yang berkaitan dengan cinta. Walau sudah bersahabat sangat lama, saya tidak pernah berani bertanya apakah dia sudah memiliki tambatan hati.
Di awal persahabatan kami ada berlima, ada Linda, Rangga dan Febri. Namun dikarenakan mereka sudah menikah, intensitas untuk ngumpul bersama itu menjadi jarang. Membiarkan kami singel sejati pergi berdua kemana mana. Sekilas memang, kami terlihat seperti pasangan. Tapi kenyataannya kami hanyalah teman terpendam rasa.
"Ting,,,tong,,,!" sebuah pesan masuk. Segera kubuka ponselku. " Posisi sudah dimana Nona Ring Ring?"
"Saya sudah di pintu masuk, kamu posisi dimana?" balasku.
"Kedai Uncle Yang!, mau saya di pesanin kopi sekalian?'
"Ya, kopi O dengan sedikit gula"
Saya bergegas menuju lift dan menekan tombol angka 3. Lantai dimana "Kedai Uncle Yang" berada.