Cara belajar anak usia dini tidak sama satu dengan yang lainnya. Masing-masing anak mempunyai gaya yang berbeda-beda. Ada 5 jenis gaya belajar anak, yaitu visual (penglihatan), auditori (pendengaran), kinestetik (gerakan), olfactory (penciuman), dan gustatory (pengecapan). Sehingga orang tua, guru sebagai fasilitator, motivator, dan inovator pendidikan harus mampu menyediakan lingkungan belajar yang menunjang bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Anak usia dini merupakan anak yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat. Anak usia dini adalah anak yang berkisar antara usia 0–8 tahun, di Indonesia yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia SD kelas 1 sampai dengan kelas 3, Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain, dan anak usia bayi. Masa kanak-kanak adalah anak usia 4-6 tahun
Pada masa ini (usia 0-6 tahun) merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, tidak tergantikan pada masa mendatang. Pada golden age, anak akan mudah menerima, mengikuti, melihat, dan mendengar segala sesuatu yang dicontohkan, diperdengarkan, serta diperlihatkan
Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa, karakteristik anak usia dini sebagai berikut, anak itu bersifat egosentris, anak umumnya kaya dengan fantasi, anak memiliki daya konsentrasi yang pendek, dan anak merupakan masa belajar yang potensial.
Karakteristik anak usia dini khususnya anak Taman Kanak-kanak (usia 5-7) sebagai berikut:
a) anak usia TK berada pada tahap praoperasional, cirinya yakni anak belajar melalui pengalaman konkret dan dengan orientasi dan tujuan sesaat. Masa praoperasional ditandai dengan kemampuan anak yang mulai berpikir simbolis;
 b) anak suka menyebutkan nama-nama benda yang ada disekitarnya dan mendefinisikan kata;
c) anak belajar melalui bahasa lisan dan pada masa ini berkembang pesat. Kemamppuan anak dalam memahami bahasa lisan merupakan salah satu tanda-tanda kesiapan membaca;