Mohon tunggu...
Luluk ilmu karomah
Luluk ilmu karomah Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswi

mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Metode-metode yang Ada dalam Filsafat Pendidikan

18 Maret 2020   21:12 Diperbarui: 10 April 2020   19:02 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hello epribadeh, come to my yutub chanel. Eh!My kompasiana

Disini mari kita membahas tentang Filsafat Pendidikan, kali ini kita akan membahas macam macam metode dalam Filsafat Pendidikan. Dalam Filsafat Pendidikan ada 3 metode yang perlu kita ketahui, yaitu :

(1). Metode Positifistik; (2). Metode Fenomenalogi dan (3). Metode Kritis.

Berikut penjelasannya. Siap siap baca dengan seksama yaa

1. Metode Posifistik

Metode ini berpangkal atau berdasae pada sesuatu yang aktif dan didasarkan pada data empiris. Dalam metode ini berkeyakinan kalau pengetahuan yang paling benar adalah dari pengalaman.

Contohnya gini. Kita tau kalau 1+1=2 itu pengetahuan kita tapi belum tentu benar karena kita tidak tau dasarnya bagaimana dalam matematika. Tapi jadi pengetahuan yang paling benar kalau kita punya 1 (satu) coklat lalu diberi lagi 1 (satu ) coklat oleh doi (ekhem), jadi coklat kita ada 2. Maka itu menjadi pengetahuan yang paling benar. Kira kira gitu contohnya.

Dalam positifistik ini ada 4 konsep, yaitu konsep yang diarahkan kepada fakta-fakta, konsep yang diarahkan pada perbaikan terus menerus, konsep yang diarahkan pada kecermatan dan yang terakhir konsep yang diarahkan pada kepastian. Nah konsep konsep itu harus bersifat empiris,realistik dan aktual.

2. Metode Fenomenalogis

Next yang kedua adalah metode fenomenalogis. Kata fenomena itu berasal dari bahasa Yunani yang peratama Phenomenan yang berarti "tampak", dan logos yang berarti "kata". Jadi artinya fenomenalogis adalah langkah langkah yang harus diambil sehingga sampai pada fenomena-fenomena yang murni. 

Untuk menggunakan fenomenalogis ini kita harus bertolak dari pemikiran manusia dan kembali kepada kesadaran umum untuk mencapai kesadaran murni kita harus lepas dari pengalaman dan kebiasaan sehari-hari.

Ada 2 sisi tentang metode ini.

Sisi positif yang hampir sama dengan metode positifistik dan sisi kritik sebagai kritik tentang fenomen-fenomena yang ada.

Contoh : saat kita belajar tentang tata cara memasak tetapi tidak praktek apakah hasilnya sama? Maka dari itu untuk mendapatkan pengetahuan yg spesifik harus praktik langsung.

3. Metode Kritis.

Yuhuuu yang terakhir adalah metode kritis, metode ini bersifat praktis karena bisa melalui percakapan. Ada seorang ilmuan yang menggunakan metode dialegtuka yang mana mengumpulkan data datanya melalui wawancara/dialog. 

Nah disini kita bisa melihat bahwa setiap orang memiliki pendapat tertentu yang tidak mudah bahkan tidak bisa diganggu atau dipengaruhi karena mereka memiliki keyakinan dari dalam diri mereka.

Contoh : saat proses pembelajaran pendidik memberikan kata kunci nah disitu peserta didik berfikir secara kritis dan tentu saja pemikiran pesrta didik bermacam macam antara satu anak dengan anak yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun