Di ibu kota Irak, yakni Baghdad sekitar abad ke-10 Masehi ada seorang perempuan yang tersohor karena keahliannya dalam matematika. Perempuan tersebut bernama Sutayta Al-Mahamali, seorang ahli matematika yang memiliki andil dalam mengembangkan cabang aritmatika dan persamaan aljabar yang kita pelajari saat ini.
Sutayta sudah disuguhi berbagai ilmu pengetahuan sejak ia kecil oleh ayahnya, Abu Abdullah Al-Husein yang merupakan seorang hakim pada masa itu. Akan tetapi, Sutayta lebih tertarik pada ilmu matematika dibandingkan dengan ilmu lainnya.
Melansir Women You Should Know, Sutayta tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang mapan dan dikelilingi oleh kalangan cendekiawan. Karena privilege tersebut, Sutayta jadi memiliki akses dan kesempatan yang luas untuk mengenyam pendidikan yang tinggi. Bahkan, ayahnya mendatangkan beberapa cendekiawan untuk menjadi guru pribadi Sutayta.
Beberapa bidang ilmu pengetahuan yang Sutayta pelajari antara lain matematika, sastra Arab, hadis, hukum, sejarah, ahli waris, dan lain-lain. Sutayta banyak disanjung dan dikagumi oleh para cendekiawan senior karena kepandaian dan kegigihannya dalam belajar. Selain ahli dalam aritmatika dan aljabar, ia juga pandai dalam perhitungan waris.
Sutayta terkenal dalam sejarah sains dunia karena keberhasilannya dalam memecahkan sebuah persamaan aljabar. Persamaan tersebut sudah dirujuk beberapa kali oleh para ilmuwan dunia hingga saat ini. Namun, tidak banyak informasi spesifik mengenai jenis persamaan apa yang dipecahkan oleh Sutayta.
Sutayta mendedikasikan hidupnya pada ilmu pengetahuan untuk membangun peradaban Islam yang lebih maju hingga akhir hayatnya. Kecerdasan serta kegigihan Sutayta menurun pada anak dan cucunya yang menjadi hakim dan cendekiawan, sehingga perjuangannya akan terus berlanjut melalui tangan-tangan mereka.
Rufaida Al-Aslamia
Rufaida Al-Aslamia adalah seorang wanita muslim yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan ilmu kesehatan dunia. Kiprahnya dalam dunia kesehatan terkenal sejak periode awal Islam masuk ke Kota Madinah, sekitar abad 6 hingga 7 Masehi.
Rufaida dikenal sebagai perawat perempuan pertama dalam sejarah peradaban Islam. Ia termasuk ke dalam kaum Ansar, golongan pertama yang memeluk Islam setelah Nabi Muhammad tiba di Madinah.
Keahlian Rufaida dalam bidang keperawatan dan pengobatan ia dapat dari sang ayah yang merupakan seorang tabib terkemuka kala itu, Sa'ad Al-Aslami. Sejak kecil, ia selalu mendapat kudapan ilmu pengobatan dari sang ayah. Rufaida juga pernah menjadi asisten pribadi ayahnya dalam praktik pengobatan ketika ia beranjak remaja.
Rufaida memiliki peran penting pada masa peperangan umat Islam dengan kafir Quraisyi, dimana ia dan para relawan medis lain membantu mengobati para tentara Islam yang terluka karena perang. Kisahnya yang terkenal dalam peperangan ditulis oleh Al-Bukhari dalam kitabnya "al-Adab al-Mufrad".