Denyutmu bekerja layaknya pekerja di hari jumat
Malas-malasan, enggan berdegup cepat-cepat
Tak seperti dahulu, sejak kau menyadari
Jarak tipis antara kau dan dia
Tak pernah ada hari libur dalam belajar merelakan
Dan kau selalu lembur menggarap rindu yang tak kunjung tuntas
Dari matamu, kelopak mawar berguguran
Rontok di pangkumu, sejenak
Memandangimu seolah selamanya
Sedikit terperanjat, tidak menyangka
Di mata seindah itu ia sebelumnya singgah
Hanya beberapa kali perih mengawali sebuah cerita
Sedang sisanya tampil congkak di akhir cerita
Untuk yang kesekian kalinya..
Kulihat kau melenggang pergi, pulang
Ke bilik terdalam, di balik dadamu yang lapang
Kau isyaratkan pamitmu melalui mata
Tapi jangankan membaca mata
Memahami kata-kata saja ia tak bisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H