Mohon tunggu...
Luky nur Rohmah
Luky nur Rohmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jalan- jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Miris Anak TK di Sulut Jadi Korban Bully 3 Pekan Tak Sekolah

31 Mei 2024   12:10 Diperbarui: 31 Mei 2024   12:14 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Senin,05 Des 2022

Viral dimedia sosial seorang anak perempuan berinisial DT (5) di Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut) mengalami trauma berat akibat di-bully oleh emak-emak alias orang tua siswa di sekolah korban. Bocah malang tersebut sudah 3 pekan menolak bersekolah karena trauma akibat kejadian tersebut.

DT adalah seorang murid taman kanak-kanak (TK) yang berdomisili di Desa Koya, Kecamatan Tondano Selatan. Menurut penuturan ibu korban inisial PW,l putrinya DT menjadi korban bully oleh sejumlah oknum orang tua di sekolahnya.

"Di-bully habis-habisan oleh oknum orang tua (emak-emak) di sekolah tempat di mana dia menimba ilmu," kata PW kepada detikcom, Senin (5/12/2022).

PW mengatakan salah satu oknum yang ikut mem-bully DT merupakan anak dari guru di sekolah tersebut yang berinisial PM.

"Mirisnya oknum yang turut mem-bully-nya adalah anak dari gurunya berinisial PM," ujarnya.

PW menjelaskan putrinya DT di-bully saat berada di sekolah pada Jumat (19/11) lalu. Dugaan perundungan itu bermula saat dirinya meminjam uang kepada wanita berinisial MP.

Namun PW belum mengembalikan pinjaman tersebut pada 16 November lalu. Hal itu menyebabkan MP membuat unggahan di media sosial terkait utang tersebut.

PW mengaku sudah menyelesaikan persoalan utang piutang itu. Namun dia tetap mengaku kecewa karena anaknya di-bully karena persoalan utang piutang tersebut.

Menurut PW, putrinya DT hendak pulang ke rumah tidak sengaja mendengar percakapan beberapa oknum orang tua siswa pada Sabtu (19/11). Oknum emak-emak itu mengatakan bahwa ibu korban adalah penipu.

"Anak saya sedang berjalan pulang dari sekolah menuju rumah, di dalam sekolah dia mendengar pembicaraan oknum orang tua murid. Mereka mengeluarkan perkataan ibu dari anak itu menipu (pinjam uang tidak kembalikan) dan lari ke Bolaang Mongondow. Anak tukang tipu sekolah di sini," ujar PW menceritakan bully-an yang ditujukan kepada putrinya.

"Setibanya di rumah anak saya langsung menceritakan kejadian yang dialaminya," kata dia.

Setelah kejadian tersebut, DT yang merupakan murid TK Imanuel Koya, Minahasa itu tidak lagi mau pergi sekolah. Ibu korban mengatakan DT merasa trauma dan takut di-bully lagi.

"Sampai saat ini anak saya sudah tidak masuk sekolah selama 3 minggu," katanya.

PW menuturkan harapannya agar pihak sekolah bisa menyikapi persoalan tersebut dengan serius. Dia pun mengatakan tidak ingin persoalan itu berlanjut ke ranah hukum.

Dia juga berharap agar anaknya bisa kembali bersekolah dengan perasaan aman tanpa ada kekhawatiran untuk di-bully.

Menurutnya, perundungan itu sangat berdampak dan mempengaruhi kejiwaan motorik serta mental anaknya. Dia juga menyayangkan pihak sekolah yang hingga saat ini belum mengambil tindakan atau upaya apapun untuk menanggapi persoalan tersebut.

"Akibat dari kejadian tersebut, hingga saat ini anak saya sudah tidak mau sekolah lagi, dan hingga saat ini pihak sekolah tidak melakukan kunjungan konseling terhadap korban," jelas dia.

PW juga mengaku akan memberikan kesempatan kepada para pelaku untuk meminta maaf secara terbuka. Dia lalu mengeluarkan ultimatum, jika dalam waktu 3x24 jam tidak ada itikad baik, maka pihaknya akan membawa kasus ini ke ranah hukum.

"Kami ingin meminta keadilan dan ingin meminta bantuan konsul dan juga dampingan pakar hukum yang lebih memahami bentuk pelecehan dan perundungan secara verbal kepada anak di bawah umur," katanya.

Opini tentang kasus diatas 

Menurut saya: Kasus perundungan (bullying) seorang anak berusia lima tahun di Minahasa, Sulawesi Utara, merupakan contoh dampak negatif bullying terhadap anak-anak, terutama pada  pelaku perundungan yaitu dengan orang dewasa dan anak dari guru. Pada situasi tersebut dapat membuat  anak  mengalami berbagai dampak negatif, baik fisik maupun psikologis. Serta dapat membuat trauma, ketakutan untuk pergi ke sekolah, dan gangguan emosional adalah beberapa konsekuensi yang mungkin terjadi. 

Analisis permasalahan 

1. keterlibatan orang dewasa:  salah satu aspek mengkhawatirkan dalam kasus ini yaitu orang dewasa, anak dan guru dalam permasalahan perundingan. Maka seharusnya orang dewasa, terutama orang tua dan guru memiliki peran penting dalam membentuk perilaku anak bukan tindakan bullying oleh orang dewasa dapat memberikan contoh buruk bagi anak.

2.Dampak Psikologis: anak yang mengalami ketakutan atau trauma mendalam dan berhenti sekolah selama tiga minggu. Ini menunjukkan dampak psikologis yang berat pada anak, yang masih dalam tahap perkembangan emosional. Pada perundingan tersebut dapat berpotensi menyebabkan masalah jangka panjang seperti kecemasan dan depresi.

3.Respons sekolah: seharusnya sekolah memiliki tanggung jawab untuk melindungi anak - anak dari segala bentuk kekerasan dan bullying seperti anak usia lima tahun tersebut (DT) yang mengalami trauma 3 Minggu pekan tidak pergi ke sekolah . Maka  Kurangnya pengawasan dan tindakan tegas dari pihak sekolah terhadap insiden bullying dapat memperparah situasi 

Bullying merupakan seseorang, atau misalkan aktivitas membagikan perilaku agresif yang di sengaja untuk seseorang menyebabkan ketidak nyamanan fisik maupun dalam psikologis terhadap orang lain. Definisi ini menekankan pada faktor motivasional dari pelaku bullying dan memberikan gambaran terhadap tujuan di balik perilaku mereka. 

Menurut Prasetio & Fanreza bullying dapat dihindari dengan adanya peran keluarga yang mendidik dan mengajarkan pada anak tentang pendidikan moral dan agama. Orang tua merupakan sekolah pertama bagi anaknya yang mana pengetahuan awal yang diberikan nantinya akan menjadi landasan bagi anak dalam berperilaku. Pengajaran awal pada anak bukalah pada pelatihan skill yang dibutuhkan, melainkan pengenalan anak pada tuhan, pengajaran akhlakul karimah pada anak yang harus ditanamkan sejak dini. Yang mana keimanan lah yang harus ditumbuhkan pada anak sejak dini melalui tingkah laku orang sekitarnya.

Solusi pada kasus diatas Saat ini, bullying merupakan menjadi permasalahan yang terjadi disekitar Anak, Hal ini tentunya akan memberikan dampak yang negatif bagi anak terutama pada perundungan kasus DT anak usia lima tahun. Dampak tersebut akan muncul secara langsung atau dikemudian hari. Upaya menghentikan tindakan bullying tersebut harus dilakukan oleh seluruh pihak, baik guru, orang tua, masyarakat, dan negara. Contohnya dengan mampu menyediakan konseling bagi DT untuk membantu mengatasi trauma dan membangun kembali kepercayaan diri agar bisa kembali kesekolah. 

Kesimpulan dari kasus bullying yang di alami anak lima tahun (DT) tersebut merupakan permasalahan yang serius dapat membutuhkan tindakan segera dan komprehensif. Dengan kerjasama nya sekolah, orang tua dan masyarakat dapat menunjukkan perlunya edukasi yang lebih baik, pengawasan yang ketat di sekolah, serta dukungan yang psikologis terutama untuk DT siswa lima tahun tersebut agar bisa kembali lagi sekolah dengan baik dan perasaan yang nyaman. perbaikan nilai-nilai sosial, dan penegakan hukum yang lebih kuat untuk mencegah dan menangani 

bullying terhadap anak-anak.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun