Mohon tunggu...
Andreas Lucky Lukwira
Andreas Lucky Lukwira Mohon Tunggu... wiraswasta -

mantan ketua angkatan, mantan kasir, mantan calo tiket sepakbola, mantan reporter tabloid kecantikan, mantan kernet Mayasari, mantan kordinator operasi bis malam....sekarang calo bis pariwisata plus EO tour kecil2an pengasuh akun @NaikUmum

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ricuh Suporter, Regulator yang Gagal Belajar Bertemu Komunitas yang Tak Terkontrol

24 September 2018   16:30 Diperbarui: 26 September 2018   12:46 1290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayangnya, pembelajaran nilai-nilai dan keterikatan yang besar diantara suporter jarang sekali dimanfaatkan pihak terkait suporter untuk mengarahkan suporter menuju ke arah perilaku yang positif. Padahal potensi tersebut sangat besar. Sebagai contoh, jika terjadi bencana alam hampir semua kelompok suporter kompak mengumpulkan bantuan. Atau saat mereka mendukung Tim Nasional, hampir semua kompak.

Para Pengurus Jadilah Orang Tua yang Baik Bagi Suporter

Dari masalah-masalah yang menjangkiti para stakeholder sepak bola nasional, kita bisa mengambil pembelajaran (jika mau) agar kericuhan suporter bisa ditekan.

Pengurus federasi, pengurus klub, dan asosiasi, berperanlah sebagai orang tua yang baik, yang memberikan teladan positif kepada para masyarakat sepak bola nasional.

Jangan mencari suporter saat butuh dukungan timnas atau klub saja, lebih lebih, jangan mencari suporter hanya disaat mendekati Pilkada atau Pemilu saja. 

Terus sosialisasikan pesan positif, bukan cuma dalam bentuk penyuluhan yang hanya 1-2 hari atau bahkan hanya 1-2 jam dalam diskusi half day. Melainkan terus memberikan teladan dalam perilaku sehari-hari. 

Tidak berseteru sesama pengurus, tidak ngotot menjabat meski jadi terpidana, lebih-lebih tidak melakukan kekerasan kepada suporter.

Koreksi untuk Aparat Keamanan

Keberhasilan Final Piala Presiden 2015 dan Piala Bhayangkara 2016 harus menjadi model dalam setiap pengamanan pertandingan sepakbola. Pengamanan tidak bisa lagi hanya bersifat konvensional, yakni pengamanan fisik dengan menempatkan pasukan keamanan dalam jumlah banyak, melainkan memanfaatkan pula teknologi. 

Adanya patroli siber sangat efektif untuk meredam pihak-pihak yang ingin memperkeruh suasana, lebih-lebih patroli siber juga ampuh untuk mengidentifikasi pelaku-pelaku kejahatan karena banyak kejadian pihak yang melakukan kericuhan justru teridentifikasi karena postingan di dunia maya.

Pengamanan suporter pun tidak bisa hanya melibatkan 1-2 wilayah kepolisian. Keberhasilan pengamanan mobilisasi puluhan ribu suporter Persib ke Jakarta pada final Piala Presiden 2015 dan final Piala Bhayangkara 2016  tentu bukan hanya prestasi Polda Jabar atau Polda Metro saja. Melainkan kedua Polda beserta beberapa Polres yang dilintasi rombongan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun