Ceritaku pagi ini;
Pagi ini naik Kopaja T502 seperti biasa dari Keramik (Kp Dukuh Jaktim) menuju Cikini Jakpus.
Di lampu merah gang Kelor (Jatinegara Jaktim) naik serombongan laki-laki berkemeja sekitar 7 org yg menyebar naik pintu depan dan belakang.
Dan saya identifikasi sebagai: COPET
Saya (duduk di bangku depan) lirik-lirikan dengan sopir Kopaja itu.
Sepanjang gang Kelor hingga Matraman kami perhatikan gerombolan tersebut. Sopir memperhatikan via spion dalam, saya memperhatikan dengan menengok langsung
Turun 1 org di Berlan Matraman, saya liatin terus copet yang di pintu depan….mereka tidak “memetik”.
Novi (istri saya) yang tadinya tidur terbangun
Novi: “Ada apaan sih nengok-nengok belakang terus”
Saya: “Lancay (bahasa Hakka/Kek artinya copet)”
Novi: “Haah?”
Saya: “Iya td naik di Kelor” (jelas sy sambil nengok lagi ke belakang)
Disaat yang bersamaan Novi melihat ke sopir dan sopir berbisik ke Novi:“copet”
Di Matraman copet pintu depan berusaha “memetik” seorang ibu yang mau turun dengan cara menghalangi ibu itu turun
Merasa ada penumpang yang berani, si sopir mendadak teriak:“jangan dialangin dong bang penumpang turun”
Merasa si sopir berani, saya langsung berseru ke ibu itu:“awas bu itu copet!!”
Teriakan kami berdua membuat gerombolan copet itu grogi
Si ibu sukses turun, entah kena copet entah tidak
Penumpang lain mulai berbisik satu sama lain:‘copet’
Menyadari suasana tidak berpihak ke mereka, 10 meter kemudian para pencopet itu turun sesuai formasi mereka naik
Saya:“tuh bener kan copet, langsung ngerasa dan turun”
Inilah gunanya saling peduli antar penumpang. Penumpang kompak, bandit jalanan kalah!!!
Salam Penumpang!
Andreas Lucky Lukwira
pengasuh akun @NaikUmum
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H