Mohon tunggu...
Khairul Ibad
Khairul Ibad Mohon Tunggu... Atlet - Mahasiswa aktif

Menjadi pribadi yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Toleransi Antar Umat Beragama

27 November 2022   22:01 Diperbarui: 27 November 2022   22:56 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keberagaman dalam beragama adalah sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindari. sebagai akibatnya setiap umat beragama mempunyai kewajiban untuk mengakui sekaligus menghormati kepercayaan lain tanpa membeda-bedakan.

Menurutnya hal tadi dapat menaikkan rasa persatuan dan kesatuan yg kuat menjadi modal membangun bangsa Indonesia kedepannya.

"Semboyan berbeda-beda Tunggal Ika mempunyai makna sinkron menggunakan keberagaman Indonesia yg tidak hanya bersuku-suku, ber ras-ras, dsn berbudaya namun kita punya makna yg jauh lebih luas bahwa kita memang ditakdirkan menjadi langsung yg tidak sama satu sama lain tetapi tetap satu tujuan. saya kira ini menjadi kapital yang akbar buat kita maju bersama membangun bangsa Indonesia," katanya waktu memberikan Keynote Speech di Kongres Ke-11 Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi) pada Hotel Polonia Medan

Menko Muhadjir juga mengajak pada seluruh mahasiswa yang hadir buat tidak mengabaikan prinsip perjuangan pada menciptakan bangsa Indonesia.

"saya ingin para mahasiswa betul-betul merogoh kiprah aporisma serta berada pada garis depan untuk kemajuan Indonesia. Terlalu mahal prinsip usaha untuk anak-anak muda, karena banyak pemuda yg mulai mengabaikan prinsip tersebut. Padahal, prinsip perjuangan itulah yg membimbing kita buat tetap tegap berdiri, penuh menggunakan keyakinan, menatap masa depan buat Indonesia maju," ucapnya.

Sudah menjadi rahasia umum jika kehidupan bermasyarakat di tengah keragaman Indonesia tidak selalu berjalan mulus. Selalu ada konflik yang mencuat akibat adanya sentimen antar golongan. Utopia kedamaian di tengah keberagaman yang dimimpikan Pancasila nampak semakin jauh untuk diraih jika melihat kondisi intoleransi antar agama di Indonesia.

Indonesia merupakan negara dengan enam agama resmi dan banyak kepercayaan lokal yang tersebar di penjuru wilayahnya. Populasi agama terbesar di Indonesia merupakan muslim dengan jumlah lebih dari 229 juta manusia yang setara dengan 13% populasi muslim dunia. Keragaman dan ketimpangan jumlah penganut agKebebasan beragama telah termaktub pada poly pasal galat satunya Pasal 29 Negara Republik Indonesia 1945 bahwa negara mengklaim kemerdekaan tiap-tiap penduduk buat memeluk agamanya masing-masing serta untuk beribadat berdasarkan agamanya. tetapi di implementasinya, warta yg perbedaan nyata justru ditemukan di lapangan.

Laporan dari BBC News yang menyebutkan dalam sepuluh tahun terakhir ada setidaknya 200 gereja disegel serta ditolak warga . Tirto.id, keliru satu portal berita daring pula menyebutkan hal serupa. dalam publikasinya berjudul perkara Intoleransi Terus Bersemi ketika Pandemi ada banyak praktek intoleransi pada umat minoritas selama masa pandemi.ama ini seringkali menjadi penyebab konflik agama di Indonesia.

pada akhir-akhir ini ramai dibicarakan pada tengah masyarakat perihal betapa pentingnya toleransi pada beragama. Islam telah memberi panduan sedemikian kentara, bahwa agama tak boleh dipaksakan. Disebutkan pula pada dalam al Qur'an bahwa, semua orang dipersilahkan menentukan agama sebagaimana yang diyakini masing-masing. Lakum diinukum wa liya diin' atau Untukmu agamamu dan untukku agamaku'

dalam beragama, Bila seorang memaksakan tidak boleh, maka apalagi pula menghambat, tentu tidak dibenarkan. Disepersilahkan seseorang menentukan agama dan kepercayaannya masing-masing. Manakala sikap dan pandangan itu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sang pemeluk kepercayaan , maka sebenarnya tidak akan terjadi problem. Mereka yang beragama Islam beribadah ke masjid, mereka yg kristen ke gereja, serta demikian jua lainnya.

agama juga menganjurkan agar umatnya sebagai yang terbaik, yaitu saling mengenal, memahami, menghargai, mengasihi, serta bahkan pula saling bertolong menolong di dalam kebaikan. Umpama semua umat beragama, apapun agamanya, mampu membagikan sikap terbaik sebagaimana perintah ajaran agamanya, maka sebenarnya tidak akan terjadi duduk perkara terkait kepercayaan orang lain pada menjalani hayati sehari-hari.

Toleransi baru menjadi terasa tidak terpelihara sang sebab pada antara mereka yang tidak selaras mencicipi terdapat sesuatu yg merusak. bisa jadi, gangguan itu sebenarnya bukan bersumber asal agamanya, tetapi berasal berasal aspek lain, contohnya dari ekonomi, sosial, aturan, keamanan, serta semacamnya. Melihat orang atau sekelompok orang terlalu memonopoli kegiatan ekonomi sebagai akibatnya merugikan atau Mengganggu orang atau grup lain, maka muncul rasa kecewa dan atau sakit hati. Demikian pula Bila terdapat sekelompok orang tidak mempedulikan serta bahkan berperilaku merendahkan, maka orang lain dimasud merasa terganggu.

Hal demikian tersebut kemudian membuahkan pihak lain merasa dirugikan., direndahkan, atau dikalahkan. Padahal sekalipun mereka memeluk agama tidak sinkron, tetapi Bila mereka masih bisa menjaga korelasi baik, berperilaku adil, amanah, menghormati pihak lain, maka tak akan terjadi atau menimbulkan dilema dalam kehidupan beserta. semua orang akan merasa senang saat diperlakukan dengan cara baik, darimana pun datangnya kebaikan itu. Orang yg berperilaku baik akan diterima sang siapapun.

kebalikannya, ketika sudah berbeda suku, etnis, atau bahkan kepercayaan , tetapi kehadirannya jua dirasakan Mengganggu, maka akan melahirkan rasa tidak suka . Jangankan tidak sama agama, etnis atau bangsa, sedangkan sesama bangsa, etnis, dan kepercayaan sekalipun juga akan bermusuhan manakala nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kebenaran diganggu. sang sebab itu sebenarnya, bukan perbedaan kepercayaan yang dipersoalkan, melainkan perilaku yg merugikan serta menghambat itulah yang selalu menjadikan orang atau sekelompok orang tidak bertoleransi.

tak sporadis dan pada mana-mana bisa disaksikan, pada antara orang yang tidak sinkron suku, bangsa dan agamanya tetapi masih sangat rukun. di antara mereka yang tidak selaras, termasuk berbeda agama, saling menyapa, menyebarkan kasih sayang, serta pula tolong menolong. Hal demikian itu, oleh sebab pada antara mereka saling mengenal, menghargai, serta menghormati dengan cara selalu menjaga nilai-nilai kemanusiaan mirip keadilan, kejujuran, serta kebenaran, sebagaimana dikemukakan di muka. Wallahu a'lam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun