Mohon tunggu...
Lukman Karnendi
Lukman Karnendi Mohon Tunggu... Konsultan - Social Educator

Jika ada yang harus saya kerjakan, akan segera saya selesaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Legenda Tanjung Harapan Masyarakat Kutai, Sarana Pendidikan Pembentukan Moral

14 September 2019   22:10 Diperbarui: 14 September 2019   22:16 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si raja tersebut berkata "wahai pemuda, dari manakah asalmu ? Nampak dari raut wajah dan tutur katamu sepertinya kau bukan orang asli di wilayah kerajaan ini ?". si pemuda menjawab "mohon maaf yang sebesar-besarnya baginda raja, memang benar apa yang baginda katakan, hamba orang yang terlahir di daratan yang jauh dari wilayah ini, hamba berasal dari Tanjung Harapan di Kutai". Sang raja berkata lagi "ternyata benar kiranya dugaan ku, maka dari itu apa tujuanmu selama ini pergi merantau dari tanah kelahiranmu ?". dengan lantang pemuda itu menjawab "hamba memiliki tujuan untuk banyak memperoleh ilmu dan merasakan bagaimana pengalaman hidup, sehingga dengan itu hamba dapat meraih cita-cita hamba dan bisa membahagiakan ibunda hamba dikampung halaman sana". "mulia sekali tujuanmu itu, sungguh kamu memiliki komitmen yang besar dan terus berusaha dengan sebaik mungkin untuk bisa mencapai tujuanmu itu" tutur sang raja.

Si pemuda pun dengan rasa penasaran berkata "wahai paduka raja, jika diperkenankan apakah gerangan yang membuat anda memerintahkan hamba untuk bertemu dengan keluarga dikerajaan ini ?". sang raja dengan lantang menjawab "saya memerintahkanmu untuk menanyakan suatu hal yang penting kepadamu. Jika benar atas yang rakyatku katakana bahwa kau adalah orang yang jujur, dermawan, baik hati dan suka menolong. Maka bersediakah engaku untuk menikahi putri bungsu ku ?" karna orang sepertimulah yang benar-benar layak untuk menjadi suami dari putri bungsu ku ini.

Akhirnya dengan berbagai pertimbangan dari pemuda itu, tentunya siapa yang mau menolak tawaran untuk menikahi putri bungsu dari sang raja, pikir si pemuda. Hanya satu hal membuat si pamuda itu merasa ada hal yang mengganjal dalam hatinya, yakni perasaannya memikirkan keadaan ibundanya, dan dengan terpaksa si pemuda memutuskan akan mengabari pernikahannya nanti sembari rencana kepulangannya ke kampung halaman.

Satu bulan berlalu akhirnya tibalah dimana si pemuda dari Tanjung Harapan itu bersiap dengan putri sang raja untuk merayakan hari pernikahannya. Semua rakyat di kerajaan selatan itu banyak yang meramaikan suasana pernikahannya. Bagaimana tidak pernikahan keluarga kerajaan tentulah menjadi sebuah kehormatan bagi para rakyatnya itu. Dan sampai selesailah pernikahan antara si pemuda dan putri bungsu raja. Kini kedianya telas sah dan resmi menjadi pasangan suami istri.

Pernikahan keduanya sudah usai, maka kehidupan baru muncul dirasakan oleh si pemuda tersebut. Dengan suasana yang dipenuhi rasa kasih dan sayang diantara keduanya, si pemuda merasakan kebahagiaan yang sebelumnya tidak pernah terduga. Suatu ketika, putri raja tersebut berkata "kakanda, aku sangat ingin sekali pergi ke kampung halaman mu dan bisa bertemu dengan ibumu disana". Si pemuda menjawab dengan penuh kegugupan "jika memang itu kemauanmu, kita bisa pergi bersama kesana". Akhirnya dengan perasaan gembira putri raja tersebut mengungkapkan "aku akan senang bila pergi bersamamu, karna dengan begitu aku bisa tahu dan bertemu dengan mertuaku yang selama ini belum pernah aku temui". Begitulah ujarnya. Meski begitu, sebetulnya perasaan si pemuda sangat ragu dan bahkan sebetulnya tidak harus memeuhi keinginan istrinya itu.

Seminggu berlalu, tibalah waktunya keberangkatan mereka dalam perjalanan ke Tanjung Harapan tempat asal pemuda itu berada. Alkisah, dalam waktu dua minggu dengan perlahan namun pasti, tibalah kapal yang mengangkut kedua pasangan itu. Sesampainya kedatangan mereka mulailah kabar beredar bahwa ada sebuah kapal besar yang datang ditepi laut. Dan diketahui oleh salah seorang warga disana bahwa yang turun dari kepal besar tersebut adalah si anak yang telah tumbuh menjadi sosok pemuda dan menjadi seorang suami putri bungsu raja dari selatan. Maka tak lama setelah itu, kabar kedatangannya mulai terdengar langsung oleh si ibunda si pemuda. Karena yakin akan kedatangan anaknya, maka si ibu yang sudah lanjut usia itu lalu pergi memakai tongkat.

Sang ibu yang sudah tua tertatih-tatih mengejar anaknya seraya berteriak karena kegembiraannya, "Anakku, ibu sangat merindukan kedatangan engkau, namun kedatanganmu tepat sekali disaat ibu masih bisa melihatmu". Tetapi malanglah bagi si ibu tersebut karena si pemuda tersebut tidak mengakui sebagai anaknya, hal itu karena si pemuda malu dihadapan istrinya dan memang sikapnya telah banyak berubah semenjak situasi dan kondisi yang berbeda dari kehidupan sebelumnya. Bahkan si pemuda mengusir ibunya sendiri dari hadapannya. "Kau sama sekali tidak aku kenali wahai nenek tua bangka, maka enyahlah dari hadapan ku". Begitulah ucap pemuda kepada ibunya sendiri. Akhirnya dengan perasaan yang teramat sedih sang ibu mengalah untuk tidak menjelaskan kebenarannya dan pergi pulang. Peristiwa yang menyedihkan ini membuat suasana hati istrinya sangat sedih dan tidak tega hingga berkata "Suamiku, megapa kau berkata demikian, apa yakin itu bukan ibumu ? jika itu ibumu maka seharusnya kau tidak bersikap demikian kepadanya.

Setelah menerima perlakuan demikian dari anak yang oleh seorang ibu disebarkan dan senantiasa dinantikan kepulangannya. Akhirnya si ibu dengan perasaan yang tidak karuan menyumpah anaknya sendiri yang sudah betul-betul menyakiti hatinya, maka dengan sumpahnya itu seketika alam menjadi gelap gulita diselimuti awan hitam dengan sambaran petir berapi-api dan angin topan yang keduanya menghantam juga melahap si pemuda dengan awak kapalnya hingga tenggelam.

Demikianlah akhir dari legenda Kampung Tanjung Harapan yang menurut kisahnya berasal dari sebuah kapal laut yang tenggelam dekat tanjung. Sebagian penduduk berpendapat bahwa Tanjung Harapan adalah suatu kampung yang selalu menantikan kedatangan sang anak yang telah lama sekali merantau dan diharapkan akan tiba membawakan gemilangnya kampung tersebut.

Maka dari kisah tersebut, dapat diuraikan beberapa hikmah yang bisa diambil sebagai upaya menanamkan pendidikan moral, yakni sebagai berikut :

1. Keteladanan yang dapat diambil dari sosok pemuda saat masih menjadi seorang anak ialah keinginannya untuk bisa membahagiakan sosok seorang ibu, sehingga dengan komitmen itu ia berkeinginan untuk bekerja keras dan mencari pengalaman hidup dengan pergi merantau. Keteladanan ini menggambarkan bahwa seseorang yang memiliki keinginan untuk membahagiakan orang lain harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Tidak bermain-main dengan keinginannya itu. Sehingga dirinya tergerak untuk terus berjuang memenuhi janjinya tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun