Mohon tunggu...
Lukman Karnendi
Lukman Karnendi Mohon Tunggu... Konsultan - Social Educator

Jika ada yang harus saya kerjakan, akan segera saya selesaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Legenda Tanjung Harapan Masyarakat Kutai, Sarana Pendidikan Pembentukan Moral

14 September 2019   22:10 Diperbarui: 14 September 2019   22:16 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena ibunya pun menyadari bahwa keinginan seorang anak yang ingin menggapai cita-cita dan komitmen baiknya itu tidak boleh dihalang-halangi. Maka, dengan cepat ibunya memutuskan untuk membicarakannya lagi esok hari. 

Dengan dalih bahwa ibunya harus benar-benar mempertimbangkan dengan serius dengan disertai permohonan kepada yang maha kuasa.

Suatu hari dipagi yang cerah dengan kicauan burung-burung si ibu dengan tenang menghampiri kepada anaknya yang akan mengatakan soal keputusannya mengizinkan anaknya pergi merantau untuk mencari ilmu dan pengalaman hidup. "Anakku, sekarang ibu akan berbicara kepadamu tentang keputusan ibu untuk mengizinkanmu pergi merantau, jadi kalau kamu memang dengan serius berniat pergi merantau dengan maksud yang baik dan ingin mewujudkan cita-citamu, maka pergilah, ibu mengizinkannya". Dengan wajah yang gembira seorang anak seakan-akan ingin meluapkannya dengan teriakan dan pelukan kepada sang ibu. Akan tetapi si ibu berkata lagi "Ibunda mengizinkanmu asal kamu harus tahu dan mengerti suatu saat kamu harus pulang. Ananda jangan sampai terlalaikan dengan kesenangan disana, karena mengingat ibu saat ini sudah lanjut usia, khawatir kalau-kalau ibu tidak bisa melihat kamu lagi".

Mendengar suara ibunya yang berkata penuh ketulusan itu si anak lalu berkata "Ibu ini ada-ada saja, buetulkah ibu benar-benar mengizinkan juga meridhoi keinginanku untuk pergi merantau ? jika ibu benar-benar demikian hati  Ananda sungguh bahagia mendengarnya, gembira karena ternyata diluar dugaanku ternyata ibu mengizinkanku pergi merantau".

Dalam waktu tiga hari persiapan untuk membawa perbekalan, akhirnya tibalah hari keempat sebagai hari yang dinanti-nanti si anak untuk pergi merantau. Maka pergilah si anak merantau ke negeri orang. Dalam legenda tersebut tidak didapati keterangan tempat secara pasti, yang ada hanyalah keterangan bahwa seorang anak pergi merantau ke selatan.

Setelah hati berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, tak terasa hingga si anak telah berusia dua puluh lima tahun. Tentunya dengan telah menapaki usia tersebut bisa dikatakan bahwa si anak telah menjadi pemuda yang mumpuni untuk mencari pengalaman hidup juga menuntut ilmu yang lebih banyak lagi. Si anak telah besar dan menjadi tampak gagah sekali, maka legenda pun menyebut dirinya sudah menjadi seorang pemuda. Ia pun telah banyak mendapatkan pelajaran hidup dan ilmu yang dipelajarinya. Bahkan dengan usia yang semuda itu ditanah perantauan dia suda terbilang hidup mandiri dan memiliki penghasilan karna dia merupakan seorang pengusaha yang cukup sukses.

Suatu ketika terdengarlah berita oleh si pemuda tersebut bahwa ada sebuah kerajaan yang kehidupan masyarakat disekitarnya penuh dengan keramaian dan aktivitas perdagangan yang bisa dikatakan dalam jumlah besar karena banyak para saudagar atau pedagang kecil sekalipun yang berjualan dikeramaian kerajaan tersebut. Akhirnya si pemuda dengan rasa optimis yang tinggi sudah bersiap merencanakan keberangkatannya untuk bisa berdagang di keramaian masyarakat pada sebuah kerajaan tersebut. Sampai waktu berminggu-minggu berlalu si pemuda telah mencapai kesuksesan yang lebih besar dari pencapaian sebelumnya. Dikeramaian masyarakat tersebut ia dapat memperoleh keuntungan dua kali lipatnya. 

Dengan keramaian masyarakat berjual beli di sekitar wilayah kerajaan tersebut, tentu apabila seorang pedagang banyak diminati oleh orang-orang yang menginginkan komoditas yang diperdagangkannya, membuat pedagang tersebut menjadi terkenal karna banyak dibicarakan orang. Bahkan hal yang tidak terduga adalah si pemuda dari Tanjung Harapan tersebut kabarnya telah beredar sampai kepada para orang-orang dikerajaan tersebut. Bahkan semakin hari pemuda itu semakin besar kesuksesannya, sampai-sampai keluarga kerajaan begitu penasaran dengan seorang pemuda tersebut. Dan ingin merencanakan untuk bisa mendatangi keluarga kerajaan.

Suatu hari akhirnya kelarga kerajaan pun memerintahkan delegasinya untuk menemui si pemuda yang ramai dibicarakan oleh rakyatnya. Saat si pemuda itu berada pada aktivitas berdagangnya akhirnya datanglah dua orang delegasi keluarga kerajaan ke tempat ia biasa berdagang. Dengan suasana yang ramai seperti biasanya, delegasi keluarga kerajaan tersebut mengatakan bahwa dirinya ditugaskan untuk menemuinya dan memberikan surat yang sudah ditulis dari keluarga kerajaan. Tak lama delegasi itupun pergi dengan memerintahkan si pemuda untuk menjaga baik-baik dan membaca isi dari surat tersebut.

Saat sore hari, seperti biasa si pemuda yang segera pulang ke tempat kediamannya yang berhasil dia beli dengan kerja kerasnya. Dengan duduk terbaring pemuda itupun mulai membaca surat yang diberikan oleh delegasi keluarga kerajaan tadi. Setalah selesai membacanya, pemuda itu dengan takjub dan kaget berkata "Apakah saya bermimpi hingga saya diundang untuk bertemu dan berbicara dengan keluarga kerajaan ?". Tidak banyak berpikir lagi si pemuda pun tentu akan memenuhi surat undangan tersebut dengan penuh hormat dan keikhlasan.

Keesokkan harinya, setelah bersiap pemuda itupun bergegas mendatangi kerajaan, sesampainya tiba disana pengawal kerajaan pun langsung mempersilahkannya memasuki kerajaan untuk bertemu dengan keluarga kerajaan. Ditempat kediaman keluarga kerajaan si pemuda nampaknya memperhatikan sekelilingnya. Yang mana disitu terdapat beberapa orang selain raja itu sendiri, melainkan di sana ia melihat sosok permaisuri (istri sang raja), dan putri dari sang raja yang terlihat sangat cantik dihadapan si pemuda tersebut. Sehingga jelas putri tersebut merupakan keturunan bangsawan diwilayah kerajaan selatan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun