JAF merupakan organisasi nirlaba yang fokus terhadap kajian kehidupan lokal pedesaan melalui kegiatan seni budaya seperti festival, pertunjukan, seni rupa, musik, video, keramik, pameran, residensi seniman, diskusi bulanan, siaran radio dan pendidikan. JAF didirikan pada 27 September 2005. Â
Melalui organisasi JAF inilah banyak menciptakan inovasi-inovasi baru dalam produksi bahan baku tanah liat menjadi alat-alat musik. Bahkan Sejak tahun 2008 JAF bekerja sama dengan pemerintahan Desa Jatisura melakukan riset dan penelitian dengan menggunakan keterlibatan kesenian kontemporer yang kolaboratif.Â
Alat musik keramik sebagai gagasan penciptaannya antara lain yang menjadi bahan penelitian yakni terdiri dari sadatana, ocarina dan alat musik genteng. Ketiga jenis alat musik tersebut memiliki desain bentuk serta fungsi yang berbeda. Sadatana adalah alat musik pukul yang bentuknya mirip kendi/gerabah tapi dengan modifikasi bentuk desain yang lebih unik dan memiliki nilai estetis tersendiri, berbeda dengan Ocarina yang merupakan jenis alat musik tiup dengan bentuk desain kecil.Â
Selanjutnya oleh banyaknya ketersediaan keramik yang telah dibuat dalam bentuk genteng, maka pekriya mengembangkan kreativitasnya mengolah kembali bentuk genteng untuk dijadikan sebuah karya keramik yang tidak kalah kualitas fungsinya sebagai genteng, dibuatlah alat musik tanah yang dipukul seperti Sadatana. Selain dari ketiga jenis alat musik di atas pekriya mengembangkan membuat alat musik pengiring lainnya seperti biola dan gitar berbahankan keramik.
Dari adanya perkembangan produksi tersebut sangat penting bagi kita, karena hal tersebut bisa menjadi salah satu penguat kebudayaan didalam kearifan lokal. Dimana dengan adanya globalisasi dan modernisasi terkadang masyarakat terjerumus kedalam pengaruhnya.
Urgensi Sebagai Pembelajaran IPS
- Memahami Urgensi Kearifan lokal
- Dimana Kearifan lokal secara epistemologi terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) yang berarti kebijaksanaan dan lokal (local) berarti setempat. Local wisdom dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai, pandangan-pandangan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
- Adapun ciri-ciri kearifan lokal menurut Ayat Rohaedi (1986 hlm 42) adalah, "mampu bertahan terhadap budaya luar, memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar, mempunyai kemampuan mengin-tegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli, mempunyai kemampuan mengendalikan, dan mampu memberi arah pada perkembangan budaya". Kearifan lokal merupakan pengeta-huan yang secara eksplisit muncul dari periode panjang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama. Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam masyarakat dapat dijadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan damai. Pengertian ini melihat kearifan lokal tidak sekedar sebagai acuan tingkah laku seseorang, tetapi lebih jauh, yaitu mampu mendominasi kehidupan masyarakat yang penuh keadaban (Widyanti, 2015).
- Pewarisan Nilai-nilai Budaya yang Positif
- Pewarisan nilai-nilai budaya masyarakat dari generasi ke generasi merupakan hal yang sangat penting untuk tetap menghadirkan nilai-nilai budaya yang positif dan untuk mencegah hal-hal negatif yang disebabkan oleh arus globalisasi dewasa ini. Implementasi atau penerapan nilai-nilai kearifan lokal suatu masyarakat dalam pembelajaran IPS menjadi bagian yang dapat merubah paradigma belajar IPS yang dinilai membosankan, monoton, menjadi pembelajaran menyenangkan dan bermakna. Selain itu, pembelajaran IPS yang bersumber pada nilai-nilai kearifan lokal diharapkan mampu memberikan wawasan dan pencerahan bagi peserta didik untuk memacu kreatifitas mereka dalam menghadapi masa depan yang akan menuntut mereka untuk dapat berkompetisi atau bersaing dengan masya-rakat lain dalam era globalisasi (Widyanti, 2015).
Referensi :
Widyanti, T. (2015). Penerapan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Budaya. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 24(2).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H