Polemik pernyataan Prof Yudian Wahyudi Kepala BPIP sekaligus Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga terus bergulir. Sampai-sampai Wakil Presiden Ma'ruf Amin ikut mengomentari hal ini.Â
Ma'ruf Amin meminta kepada Kepala BPIP untuk mengklarifikasi pernyataannya agar tidak timbul kegaduhan.Â
Selain itu, Ketua Umum Muhammadiyah juga ikut mengomentari hal ini. Ia mengatakan kepada para pejabat, apalagi kalau pejabat baru, harus mau belajar, menjadi pejabat itu mengurus urusan publik yang luas, perlu seksama dalam berkata dan membuat pernyataan agar tidak keliru.
Baca juga: Kontroversi Pernyataan Kepala BPIP Perihal "Agama Musuh Pancasila"
Sebelum para tokoh tersebut berkomentar, ada juga beberapa politikus yang merasa tersinggung dan mengkritisi pernyataan Prof Yudian Wahyudi, yaitu Fadli Zon, MS Kaban, Andi Arief, Tifatul Sembiring, Hidayat Nur Wahid, Ace Hasan dan sebagainya.Â
Pimpinan MPR juga, anggota DPD RI juga ada, Majelis Nasional Korps Alumni HMI juga, KNPI juga, FPI, PA 212, MUI, dan masih banyak lagi.Â
Pada tulisan sebelumnya saya telah menyebutkan bahwa hal ini diakibatkan judul bombastis detik.com. Apalagi ini terkait dengan keyakinan seseorang "agama" yang dibenturkan dengan sebuah ideologi negara Pancasila.Â
Selain judul bombastis tersebut, para masyarakat Indonesia hanya membaca judul berita saja.Â
Tentu saja kemarahan masyarakat meledak-ledak. Padahal, saya tidak yakin mereka telah menyaksikan video berdurasi 39 menit 33 detik itu.Â
Saya juga curiga akan "pertanyaan" yang diberikan wartawan beberapa media yang memuat pernyataan politikus hingga tokoh organisasi.Â
Kemungkinan wartawannya menanyakan seperti ini, "Bagaimana pendapat Anda atas pernyataan Kepala BPIP perihal "agama musuh Pancasila"?
Kalau pertanyaannya seperti itu, sudah tentu mereka juga akan berkomentar miring dan menggebu-gebu mengutuk kepala BPIP.
Ada puluhan media di Indonesia yang memuat berita pernyataan kritikan dari berbagai kalangan.Â
CNN Indonesia, Tempo, Berita Satu, Tribunnews, JPNN, Harian Haluan, Viva News, Cendana News, Antara News, dan sebagainya. Lacak saja sendiri.Â
Baca juga: Mengapa Publik Salah Paham atas Pernyataan Kepala BPIP? Salah Satunya Penyebab Media
Tak perlulah lagi media-media kita merilis kritikan dan pernyataan tokoh-tokoh lainnya. Mulai dari video tersebut diunggah hingga hari ini, media-media di Indonesia memuat pernyataan-pernyataan dari beberapa politikus hingga tokoh organisasi.
Tak perlulah lagi merilis hal itu. Padahal sudah jelas sekali konteks penjelasan Prof Yudian Wahyudi. Oh, saya lupa, semakin banyak media-media tersebut memuat hal itu, maka semakin ramai dong pembacanya, wkwk.Â
Dari pada para politikus dan tokoh-tokoh publik meminta Prof Yudian Wahyudi klarifikasi pernyataannya, lebih baik kalian menyaksikan secara keseluruhan video tersebut, Anda akan dapat mengambil sebuah kesimpulan yang tidak keliru dan mengerti akan maksud Prof Yudian Wahyudi tersebut.Â
Karena pernyataan itu selalu diberitakan media-media di Indonesia, tentu saja Prof Yudian Wahyudi mau gak mau harus menjelaskan maksud dari pernyataan itu.Â
"Jadi saya ingin menekankan bahwa Pancasila itu bukan thogut, Pancasila kalau bahasa kita itu Islami. Karena itu semua ada di dalam Alquran dan juga Hadits ada. Yang saya maksud adalah musuh-musuh agama dari dalam agama," itulah salah satu penjelasan Prof Yudian Wahyudi sebagaimana saya kutip dari republika.com.Â
Tanpa memberikan klarifikasi tersebut, sebagian masyarakat sudah paham konteks pernyataan Prof Yudian Wahyudi itu.Â
Ia juga mengkritik media yang telah membuat sebuah judul bombastis dan memotong isi pernyataannya.Â
Ada benarnya juga yang dikatakan beberapa tokoh seperti Haedar Nashir. Ia mengatakan agar pejabat publik harus berhati-hati mengeluarkan suatu ucapan di ruang publik.
Baca juga: Dua Kelompok Ini yang Tersinggung atas Pernyataan Kepala BPIP
Tentu saja hal itu dapat saya pahami, Prof Yudian merupakan pejabat publik baru. Sebelumnya ia hanya sebagai Rektor UIN Sunan Kalijaga.Â
Prof, di Indonesia memang seperti itu, belajarlah dari beberapa kasus yang dijadikan berita dengan judul bombastis dan pernyataannya dipreteli untuk kepentingan kelompoknya. Hati-hati, Prof!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H