"Namun, ada yang kurang dalam tubuh, gerakan, dan aktivisme HMI. Gerakan intelektual dan ideologi bangsa terlupakan, baik oleh kader HMI ataupun kader-kader gerakan atau asosiasi kepemudaan yang lain," ujar Al Makin pada buku Demi Kemaslahatan Bangsa (halaman 498).
Al Makin juga melanjutkan, "Ini diperparah lagi oleh gerakan radikalisme dan konservatisme yang mematikan nalar dan watak kemajuan."
                   ***
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), siapa tak kenal dengan organisasi tua ini? Organisasi yang telah mencatatkan dirinya di sejarah perjuangan Indonesia.
Berdiri pada tahun 1947 (pasca kemerdekaan) dan hingga hari ini masih bertahan, walaupun banyak konflik mendera dirinya.
Siapa yang tak kenal dengan tokoh politisi ini? Akbar Tanjung, Jusuf Kalla, Amien Rais, dan Anas Urbaningrum. Masyarakat Indonesia mengenal mereka. Itu adalah alumni HMI yang bergerak di bidang politik dan masih banyak lagi.
Baca juga: Daftar Tokoh HMI/KAHMI dalam Dokumen Pelengseran Gus Dur
Semua orang telah mengakui kehebatan kader dan alumni HMI dalam bidang politik. Semuanya mengakui itu. Tapi bagaimana dengan para intelektualnya?
Pada titik inilah HMI kehilangan jati dirinya. Kehilangan ruhnya. Kehilangan langkah dan tak berarah hingga hari ini.
Dekade peran intelektual HMI terbaca pada era 1960-an sampai 1990-an. Lacak saja bagaimana HMI memainkan peran intelektual tersebut.