Alquran sebagai kitab suci penganut agama Islam merupakan bacaan wajib bagi penganutnya.Â
Di dalamnya terdapat berbagai pembahasan yang dapat dijadikan panduan hidup, syariat, dan sebagainya.
Penerjemahan Alquran mesti dilakukan dikarenakan banyaknya penganut agama Islam yang tak paham bahasa Arab.
Populasi Islam terbesar itu ada di Indonesia, India, dan Pakistan. Contoh dari ketiga negara tersebut tidak memakai bahasa resmi Arab.Â
Hal ini membuat sebagian negara menerjemahkan Alquran agar dapat dipahami masyarakatnya.
Penerjemahan tersebut dilakukan oleh manusia yang notabene harus teliti dan akurat menerjemahkannya. Jika salah satu kata saja, maka hilang makna/arti ayat tersebut.Â
Begitulah yang sedang terjadi di Arab Saudi. Percetakan dan penerjemahan Al-Qur'an terbesar di dunia yang berlokasi tak jauh dari  Masjid Nabawi ini melakukan distorsi (pemutarbalikan fakta) terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Ibrani.Â
Bahasa Ibrani merupakan bahasa yang digunakan oleh penduduk Israel atau sebagian orang-orang Yahudi.Â
Lokasi percetakan tersebut bernama Kompleks Percetakan Alquran Raja Fahd atau Majma Malik Fahd Li Thibaah Mushaf Syarif. Â
Dilansir dari YouTube BBC Arabic yang diterjemahkan akun Sahara TV, distorsi tersebut diketahui oleh seorang cendikiawan Palestina.Â
Percetakan tersebut menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam 74 bahasa. Salah satunya bahasa Ibrani. Dalam terjemahan bahasa ini lah seorang peneliti Palestina yang bernama Alauddin Ahmad mengatakan ada lebih 300 distorsi yang dilakukan percetakan tersebut.Â
Terjemahan tersebut tersedia untuk umum dalam bentuk PDF di website resmi mereka, yaitu www.qurancomplex.gov.sa
Kesalahan yang dilakukan penerjemah tersebut sangatlah fatal dan merupakan sebuah musibah.Â
Nama penerjemah ke dalam bahasa Ibrani itu iyalah Dr. As'ad Nimr Bassoul.Â
Alauddin menunjukkan beberapa kesalahan tersebut dan menjelaskannya secara rinci.
Salah satu kesalahan tersebut pada ayat 7 Surat Al-Isra'. Dalam terjemahan bahasa Ibrani, kata "masjid" diganti dengan kata "kuil" yang merujuk pada Kuil Solaiman sesuai narasi Taurat.Â
Tidak hanya itu saja, terjemahan bahasa Ibrani pada ayat 28 surat As-Sajdah. Kata "kemenangan" diganti dengan kata "hukum/keputusan".Â
Alauddin juga mengatakan, distorsi itu dilakukan sesuai narasi Yahudi, bukan keyakinan Islam.Â
Ia juga mengatakan nama Nabi Muhammad tidak tertera dalam Al-Qur'an terjemahan bahasa Ibrani tersebut. Ada beberapa kesalahan lainnya, seperti ayat 108, 110, 126 dan sebagainya pada surat Asy-syu'ara'.Â
Ragam reaksi terjadi di media sosial twitter atas hal tersebut. Kompleks Raja Fahd pun menghapus naskah terjemahan Ibrani tersebut dari websitenya.Â
Bagaimana dengan terjemahan bahasa Indonesianya? Silakan baca sendiri. Hal ini harus kita waspadai agar tidak terjadi pengaburan arti ayat Al-Qur'an.
Untuk menghindari pemutarbalikan fakta tersebut, baca saja terjemahan Alquran dari lembaga resmi dan terpercaya yang berada di Indonesia. Salah satunya dari Kementerian Agama.Â
Setiap tahunnya Kompleks Raja Fahd ini menerbitkan belasan juta eksemplar Alquran ini disebar ke berbagai negara di belahan dunia. Di antaranya, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan 71 bahasa lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H