Menggapai Nafsu Mutmainnah
Setiap manusia lahir di dunia memiliki nafsu yang akan mengantarkan untuk berbuat baik maupun jelek. Kondisi nafsu yang dominan pada seseorang akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Bila nafsu jelek yang dominan dan menguasai perilakunya maka  seseorang akan melahirkan perilaku buruk. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui tentang nafsu, memahami dan mengendalikannya.
Nafsu yang dimiliki seseorang tidak menjadikan ia harus berada terus menerus pada level nafsu tersebut. Dari level nafsu jelek tentu harus berubah untuk berada pada nafsu yang baik. Nafsul Mutmainnah, nafsu yang di ridhai Allah Swt. Oleh karena itu, pahami macam-macam nafsu agar tidak tersesat di tengah jalan.
Pertama, Â nafsu amarah (emosional), nafsu yang selalu mengajak untuk berbuat keburukan dan kemaksiatan. Nafsu ini bila dominan pada seseorang maka kecenderungan sifatnya untuk melakukan hal-hal yang negatif dan kejahatan samata. Nafsu yang bersifat destruktif merusak lingkungan dan tatanan kehidupan yang ada. Nafsu amarah sifatnya akan merusak diri manusia sendiri kalau ia tidak mampu untuk mengendalikannya.
Nafsu amarah menjadi nafsu yang sesat, aktivitasnya selalu meronta-ronta, liar ingin selalu keluar mendominasi dalam segala keinginan dan perilaku kehidupan manusia di dunia yang terisi fatamorgana (tidak ada menjadi seolah-olah ada).
Kedua nafsu Lawwamah,Â
jiwa yang terbelenggu, nafsu berisi penyesalan dan mencela diri, tanpa disadari dalam perilaku seharian yang berkutat padaÂ
kondisi diri yang kurang melakukan kebaikan (minim kebaikan) dan menyesal atas segala perbuatan buruk yang pernah dilakukannya.
Nafsu lawwamah, pada dasarnya cenderung merusak dirinya sendiri (destruktif ke dalam). Pemikiran, perilaku maupun mental kehidupannya dipenuhi jiwa penyesalan, minder, kekecewaan, putus asa, kecemasan, kekhawatiran, ketakutan, keraguan, kesedihan, meratapi masa lalu, menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain, dan menyalahkan diri sendiri. Â Pola orientasi kehidupannya berpikir ke belakang, sehingga sangat sulit untuk meraih kepositifan di masa depan atau masa yang akan datang.
Nafsu Lawwamah bagaikan nafsu yang terpasung dalam jurang kegelapan, menggrogoti kelemahan kekebalan tubuh manusia yang terus menerus.  Sehingga akan membuat seseorang  tidak akan mengenal arti sabar dan syukur. Berlanjut pada munculnya gangguan pendengaran, penglihatan, bicara , dan mati rasa terhadap realita, karunia dari Allah, dan lupa terhadap ketetapan dan keputusan (Qodho Qodar) dari Allah Swt.