Mohon tunggu...
lukmanbbs
lukmanbbs Mohon Tunggu... Guru - lukmanbrebes

Ngaji pikir dan dzikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bohong Pangkal Kehancuran

2 September 2024   07:01 Diperbarui: 2 September 2024   07:06 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai penegasan untuk menjadi pengingat bersama, janganlah berlebihan-lebihan dalam memuji seseorang, keluarga atau bahkan anaknya sendiri. Hal ini dikhawatirkan, perilaku memuji berlebihan yang dikatakan, sesungguhnya tidak pernah dilakukannya, yang demikian ini akan dapat menjadi sebab terkena siksa dari Allah Swt.

 

Kita boleh salah tetapi janganlah berbohong, sebab bohong akan berdampak bukan pada dirinya sendiri saja bahkan akan mengenai pada orang lain yang tidak tahu apapun persoalan dan akar masalahanya. Efek domino dari berbohong akan terus menggerus pada para pendengar cerita. 

Bohong dapat diartikan sebuah tindakan ataupun perilaku berbohong yang memiliki arti dan tujuan membuat pernyataan tidak benar sesuai keadaan (palsu) dengan maksud menipu dan membuat kesan salah atau menyesatkan bagi orang lain.

Berbohong mungkin sebagai salah satu upaya untuk menyelamatkan diri, mengamankan citra, atau faktor tekanan dari luar dirinya. Secara garis besar saat seseorang berbohong memiliki alasan sama yaitu pembenaran diri, hanya isinya saja yang berbeda.

Lebih jauh bila seseorang berbohong akan dapat menghancurkan keluarga, dapat mengenai siapapun maupun apapun  termasuk akan menjadikan tertutupnya keyakinan terhadap keimanan seseorang.

Dingaji kali ini (Rabu, 14/8/2024) KH. Subhan Ma'mun bercerita tentang sebuah keluarga yang hancur dikarenakan kebohongan seorang anak yang memakai jam tangan orang tuanya tanpa ijin dan kemudian hilang. Kisah ini mudah-mudah dapat menjadi pelajaran bersama tentang perilaku bohong.

Dikisahkan, ada seorang anak yang memakai jam tangan orang tuanya, saat berada dikamar mandi umum, jam tangan tersebut dilepas ditaruh di tempat yang tidak terkena air, kemudian setelah keluar dari kamar mandi, ia lupa memakainya kembali (jam tangan tertinggal). 

Dalam perjalanan pulang anak tersebut baru sadar bahwa jamnya ketinggalan di kamar mandi umum. Sesampainya kembali di kamar tersebut, ternyata jam tanganya sudah tidak ada. Ia pun tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, ketika orang tuanya menanyakan tentang jam tangan pada dirinya.

Sebelum anak tersebut sampai di rumah, ternyata ayahnya sedang mencari jam tangan. Saat menanyakan pada istrinya, sang istri menjawab tidak tahu. Kemudian berlanjut bertanya kepada pembantunya, iapun menjawab tidak tahu. Sang ayah pun marah-marah kepada kedua orang yang ditemuinya di rumah, karena ketika ditanya semua menjawab tidak tahu.

Sang ayah, ketika harus segera menghadiri pertemuan dan mencari jam tangan tidak ketemu, ia semakin kesal dan marah-marah terhadap kedua orang yang ditemuinya. Bahkan kadang tak terasa barang disekelilinganya pun menjadi sasaran kemarahannya pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun