Mohon tunggu...
lukmanbbs
lukmanbbs Mohon Tunggu... Guru - lukmanbrebes

Ngaji pikir dan dzikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hidup Sederhana

19 November 2023   17:26 Diperbarui: 19 November 2023   17:27 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
K.H. Subhan Ma'mun saat mengisi pengajian setiap Rabu di Masjid Agung Brebes. (Dokpri)

Pada era sekarang, sepertinya sudah tidak ada lagi pinjam meminjam barang untuk keperluan hajatan besar. Berbeda pada jaman dahulu masih hal biasa dan dapat dikatakan bukti nilai sosialnya tinggi. Namun  ketika pinjam meminjam barang, seperti piring, tidak boleh. Hal ini termasuk mendustakan agama.

Kesederhanaan dalam hidup bagi kalangan santri telah terlatih dan dipraktekan saat berada di pondok pesantren dengan model hidup prihatin dan wira'i (menjaga seluruh anggota tubuhnya dari hal- hal yang diharamkan).

Kesederhanaan selanjutnya saat menjamu tamu, kalau bisa disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan keuangan yang dimiliki. Tidak boleh mengada-ngada bahkan hutang demi menjamu tamu, yang berakibat pula  membuat hak anak terkurangi (menistakan anak). Saat tamu datang di rumah, segeralah memberi suguhan, tidak boleh menunda-nunda, entah minuman maupun makanan

Dalam pemenuhan kebutuhan perut juga harus disesuaikan, tidak boleh berlebihan dalam lauk pauknya. Tidak boleh menghina atau mencaci hasil masakan istri. Seorang suami juga, kalau bisa mampu memasak dan membuat sambel sendiri. Hal ini dapat mengurangi kesombongan dan memupuk rasa tawadhu.

Disela-sela ngaji biasanya ada pertanyaan, salah satunya yang tercatat oleh penulis adalah, bagaima kalau pesta pernikahan anak pertama lebih meriah, dengan alasan, karena saat itu memiliki uang banyak, masih muda dan bekerja. Namun  setelah tua, pensiun, pendapatan dan harta terkurang. Menjawab pertanyaan tersebut, menurut K.H.  Subhan Ma'mun dibolehkan saat melaksanakan pesta pernikahan kemeriahannya berbeda-beda.

Pada sisilain kalau ada anak mampu menghafal Al-Quaran lewat HP tanpa adanya guru yang membimbing, maka tidak boleh mengambil ilmu darinya. Ia  harus mencari seorang guru untuk mengoreksi dan mendengarkan hafalannya dan juga untuk menyambung sanad hafalan qur'anya.

Catatan terakhir dalam mengaji kali ini, Ingatlah kesederhanaan melatih manusia bersyukur, maka hiduplah seadanya dan semampunya serta menanamkan prinsip hidup tanpa hutang.  Wallahu'alam bishowab.

Lukmanrandusanga (19/11/2023)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun