Padahal anak beliau banyak dan sudah tidak bersamanya lagi. Karena sudah memiliki rumah masing-masing. Tetap saja beliau menyuruh semua anaknya agar bertemu dengan penulis. Hal ini beliau lakukan terus menerus  ketika penulis silaturahmi dengan beliau.
Rasa malu penulis ketika bertemu dengan anak-anak Ibu Nyai. Karena harus menyempatkan bertemu dengan penulis di rumah beliau. Padahal secara umur putra-putri beliau, lebih tua dari penulis dan dulu juga yang mengajari penulis mengaji.
Satu lagi, saat penulis bersilaturahmi dengan beliau, ketika aku mau pulang. Beliau belum membolehkan, sebelum makan dulu. Â
Pendidikan menghormati tamu, walaupun pada santrinya sendiri, menjadi pelajaran bagi penulis yang kadangkala kurang ramah dalam penyambutan terhadap tamu.
Ketika penulis minta ijin pulang. Beliau tidak sungkan-sungkan memohon kepada penulis, yang notabenya sebagai tamu dan santri beliau. Meminta doa agar husnul khotimah, tetap iman dan islam. Â
Permohoan tersebut yang membuat diri penulis terenyuh, bingung dan sedih. Sehingga  tanpa disuruh keluarlah air mata penulis. Â
Mugi sehat selalu Bu Nyaiku. Nasehat Ibu selalu kurindukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H