Itulah sekilas tetang kondisi psikologis anak yang mengaji bersama penulis. Semoga saja apa yang dilakukan penulis, sebagai salah satu jalan untuk menjadi manusia yang bermanfaat. Amiin.
Laboratorium mini karakter Qurani
Proses pembelajaran membaca Al-Quran, yang penulis lakukan dirumah, dalam perspektif penulis ternyata tidak hanya membaca. Namun didalamnya ada nilai-nilai pendidikan islam, penanaman karakter dan psikologi konseling.
Tanpa disadari oleh anak-anak yang mengaji, dalam obrolan sebelum ngaji ada proses edukasi saat mengaji.
Menjadi tutor sebaya. Anak yang sudah mengaji Al-Quran, harus mengajar anak-anak yang masih Iqra atau jilid.
Anak mampu mengenal baik buruk, berkata yang baik, ramah dan tertib saat mendapatkan urutan membaca Al-Quran di depan penulis.
Pemahaman fiqih islam dan akhlak bagi anak-anak. Dengan sisipan pendidikan islam, akan membekali mereka pemahaman islam lebih baik untuk bekal kehidupannya sendiri.
Ketika anak-anak membaca Al-Quran dengan sendirinya mereka berhadapan dengan untaian kesucian ayat-ayat Allah SWT, permohonan mendapat petunjuk-Nya dan menjadi manusia yang taat beribadah.
Mengaji bagi anak berarti mereka memiliki keinginan menjadi seorang muslim yang lebih baik, membahagiakan kedua orang tua dan memiliki teman yang saling berpacu dalam pemahaman islam.
Menghantarkan anak mengaji, dapat menjadi sebuah bangunan ikatan komunikasi yang baik dan kuat, antara orang tua dan anak.
Komunikasi dalam menghantar dan menunggu giliran mengaji akan terbangun komunikasi hati nurani dan kasih sayang yang kuat serta akan menjadi sejarah yang baik dan terukir dalam kenangan anak kelak setelah dewasa.