Mohon tunggu...
lukmanbbs
lukmanbbs Mohon Tunggu... Guru - lukmanbrebes

Ngaji pikir dan dzikir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Majlis Qur'an Pojok Randusanga

17 Desember 2021   00:10 Diperbarui: 17 Desember 2021   00:18 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

MAJLIS QUR'AN POJOK RANDUSANGA

Oleh : Lukman Nur Hakim

Mengajar Al-Quran setelah waktu sholat maghrib yang penulis lakukan, bersama anak-anak di kampung tempat kelahiran penulis, ternyata sudah dilakukan  hampir 3 (tiga) tahun. Berbagai perilaku dan karakter santri kecilku ini pun bermacam-macam. Ada yang mengaji suka bergurau, ada juga mengaji kadang sambil nangis karena habis salah faham sesama teman mengaji.

Mereka yang mengaji bersama penulis rata-rata dari keluarga yang kurang mampu. Kalau datang mengaji  berjalan kaki bersama teman-temannya, kadang juga ada yang diantar oleh orang tuanya.  Ratusan meter  berjalan  ia jalani untuk mengaji walaupun harus melawati banjir rob yang datang tidak mengenal waktu.

Kebanyakan  rumah para santri kecilku selalu kemasukan air kalau datang banjir rob. Sehingga mereka sering tidak berangkat mengaji karena harus menguras rumah atau membantu membersihkan kotoran yang dibawa oleh banjir air asin dari laut.

Bukti semangat mengaji para santri kecilku, biasanya datang di rumah sebelum waktu sholat magrib, dan seringnya hanya rebutan ingin mengaji pertama kali dan cepat pulang. Wajarlah namanya saja anak-anak.

Hasil belajar S1 Psikologi di kursi perkuliahan, 20 (dua puluh) tahun yang lalu.  Alhamdulillah dapat bermanfaat bagi penulis, secara langsung  bisa dikatakan pada saat sekarang ini. Karena  teori-teori psikologi yang dipelajari saat kuliah, dapat diimplementasikan  pada waktu mengajar mengaji bersama para santri kecilku, yang memiliki karakter, perilaku dan kecerdasan yang berbeda-beda.  

Dari beberpa teori yang pernah didapatkan di kursi perkuliahan Psikologi, penulis berpendapat bahwa santri hebat yang  aku miliki ada yang dapat diasumsikan sebagai santri Hiperaktif, Slow learner, Hidrosephalus dan Tunawicara.

Saat  mengajar ngaji pada santri hiperaktif. Dengan kondisi yang dapat dikatakan anaknya cukup cerdas, namun disaat mengaji tangan dan kakinya tidak bisa diam. Dapat dikatalan seluruh tubuhnya tidak bisa diam. Tidak mau mengantri seperti teman-temannya. dan juga kadang kalau mengaji harus ditunggui kedua orang tuanya. Karena bila mengaji tidak ada orang tuanya, biasanya ia pulang sebelum mengaji.

Namun dengan penulis  mengasih kepercayaan penuh pada santri hiperaktifku ini dalam belajar, tertib berperilaku, yang selanjutnya penulis  menemukan hal-hal ataupun potensi-potensi yang  sangat luar biasa untuk dikembangkan. Termasuk disuruh mengajar pada teman sebaya yang masih Qiroati atau iqro jilid 1.

Keakraban, kesabaran dan mengajar yang khas dimikiki anak hiperaktif saat berbagi ilmu  dengan teman seusianya yang baru ikut mengaji di Majlis Pojok Randusanga. Memiliki keunikan dibandingkan dengan santri kecilku yang normal. Ia lebih mengajar tidak membuat tegang dan  humoris, walaupun kadang masih suka usil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun