Mohon tunggu...
Lukman Salendra
Lukman Salendra Mohon Tunggu... profesional -

saya senang melakukan perjalanan ke indonesia bagian timur

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sungai Wondiboi

18 Desember 2014   15:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:03 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_383550" align="alignleft" width="300" caption="Sungai Wondiboi Teluk Wondama Papua Barat, foto:Lukman As"][/caption]Aku tidak hendak mengacaukan janjimu

Ketika di tahun 2010 tepatnya 10 Oktober Senin pagi

Aku datang dengan badan penuh bandang

Batu-batu dan gelondongan kayu

Membuat hidupmu jadi prahara

Maafkan aku sekalipun kata maaf ini

Tiada sanggup melupakan deritamu

Hingga perasasti peringatan itu pun

Pada saat cuaca tak menentu

Kian gemetar saja. Ada ketakutan

Yang diteriakkan pohon-pohon pinang


Bicara lagi asal-usulku

Dari kejernihan hidupku

Di mana ikan-ikan bersahabat dengan alam

Jati sejatinya bila tuan tak menggubris pohon-pohon kuasa

Di hulu hayatku, hingga gundul peristiwa

Anak-anak masih bisa bermain tanpa khawatir ibunya

Tapi seperti hari ini

Anak-anak pun riang kembali

Menggauliku yang akan terus mengalir

Seperti kalimat yang dituturkan si mulut lembut

Bersahaja. Dan tuan Kiezne masihkah bersedekap

Di batu itu sambil menulis kitab suci

Dalam Wondama


Aku akan bersaksi sekali lagi

Pada kehati-hatian

Pada setiap tangan kuasa

Yang menjadikan fatal segala rencana


In, 2014

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun