Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Berbagi itu indah

Mahasiswa Ilmu Al-Quran dan Tafsir STAI Al Fithrah Sby

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arti Gugusan Bintang dan Kisah yang Tak Usai

10 Mei 2021   14:50 Diperbarui: 10 Mei 2021   15:07 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Viva.co.id

"Kenapa secepat itu sih, bukannya kita sudah jadian sejak semester awal kemaren. Apa hubungan kita berakhir sampai di sini?" Aku sangat khawatir dengan hubungan kami. Kalimat itulah yang ku kirim ke Layla.

"Aku pergi untuk mengejar impian Bin. Selain meluaskan intelektualitas juga ingin mendalami spiritualitas di pondok pesantren. Aku tau km tidak sanggup menerima ini, begitu pun aku. Kau harus tau, ada saatnya kita harus meninggalkan dan ditinggalkan orang-orang yang kita cintai. Percayalah aku akan tetap menajadi Layla yang mencintaimu."

Jawaban itu merasuk ke dalam relung hati begitu dalam. Seketika itu juga, aku kembali menatap langit yang petang dan ternyata aku sadar bahwa gugusan bintang yang terlihat jauh, sejauh mata memandang adalah arti dari perjuangan. Sama seperti yang aku dan Layla alami, tidak hanya saling berjuang untuk mempertahankan namun juga harus rela berkorban demi kebahagiaan di masa depan yang masih panjang. Walaupun Layla pergi jauh untuk mencari ilmu, namun aku harus tetap berusaha agar hubungan ini tetap indah sebagaimana gugusan bintang itu, jauh namun indah dan menentramkan tatkala dipandang.

Akhirnya, hari itu datang. Hari di mana Layla akan pergi. Ternyata, tidak semudah apa yang ku bayangkan seperti ketika melihat gugusan bintang malam itu. Aku hanya menatap dari kejauhan berharap dia tidak akan pergi jauh meninggalkan. Andaikan aku menghampirinya, mungkin aku akan menangis, betapa rapuh dan sendunya perasaan ini. Dia pamit kepadaku tadi malam dan berusaha untuk tetap tegar walaupun aku tau, di balik raut wajah yang bahagia itu, ada kesedihan yang terpendam di wajah Layla.

Setelah peristiwa kepergian itu, teman Layla bernama Wulan menghampiriku dan memberikan surat. "Ini dari Layla, kamu baca Bin." Ujar Wulan lalu, pergi meninggalkan.

Untuk Bintang

"Bin, apa kabar? Semoga kamu baik-baik saja di sana. Pasti kamu kaget ya menerima surat ini. Mohon maaf ya, sebelum kepergianku aku agak bersikap dingin kepadamu karena jika aku tidak begitu, aku takut kamu akan sangat sedih menerima kenyataan ini. Walalupun toh, sebenarnya memang hal itu tidak bisa dihindari. Namun, setidaknya kamu bisa belajar Bin, tatkala seseorang yang kamu cintai pergi dan masih menyimpan rasa di hatinya untukmu. 

Suatu hal yang perlu kamu ketahui Bin. Aku pergi jauh bukan berarti aku tidak lagi mencintaimu sebagaimana sebelumnya, bukan juga agar kamu tidak mencintaiku, bukan itu harapan ku Bin. Aku pergi ke Surabaya untuk menuntut ilmu, memperdalam ilmu agama karena aku tahu perasaan orang tuaku sejak dulu. Mereka ingin agar aku belajar di pondok pesantren dan akhirnya ketika aku sudah daftar kuliah, aku mengajukan diri untuk kuliah di pondok pesantren saja. Pun, juga jauh dari hal-hal duniawi. 

Perjuangan kita masih panjang, Bin. Sudahlah tidak usah kita berandai-andai. Karena itu hanya akan menimbulkan perasaan nggak karuan di hati. Kita harus tetap semangat kuliah hingga lulus dan membahagian keluarga kita. Aku akan baik-baik saja di sini Bin dan kamu juga, jaga diri baik-baik ya!

            Bin, jika kamu masih merasakan sesuatu di dadamu, maka simpanlah itu sebaik mungkin. Aku tetap akan menjadi Layla yang sama untukmu."

- Layla

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun