Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Berbagi itu indah

Mahasiswa Ilmu Al-Quran dan Tafsir STAI Al Fithrah Sby

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arti Gugusan Bintang dan Kisah yang Tak Usai

10 Mei 2021   14:50 Diperbarui: 10 Mei 2021   15:07 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Viva.co.id

Januari 2021, di saat masyarakat digoncangkan dengan wabah covid-19 dan bencana alam di beberapa daerah adalah waktu di mana kekhawatiran, keraguan dan kegamangan melanda hati. Sungguh, tidak kuat rasanya ditinggalkan oleh seseorang yang kita cintai. Layla sudah lama mengenalku bahkan sebelum kami jadian, kami sudah akrab waktu di SMA, sering bertengkar, berbagi cerita dan hal-hal indah lainnya telah kami lewati bersama. Kini, kami bersama lagi, bahkan saling mencintai satu sama lain di perguruan tinggi tepatnya di Universitas Wiraraja Sumenep.

Menginjak semester dua, aku tidak bisa berkata apa-apa, bicara banyak atau bahkan melarangnya tatkala dia memutuskan untuk pindah ke institusi yang lain. Sore itu, ketika aku berada di depan kelas dan mahasiswa-mahasiswi berlalu-lalang untuk pulang Layla berkata kepadaku.

"Bintang, aku mau bicara sama kamu." Ucap Layla dengan raut wajah serius.

"Iya La, kamu mau bicara apa?" Jawabku pada Layla.

"Bin, aku mau pindah kuliah ke Surabaya." Ujar Layla.

"Kamu mau kuliah di mana emangnya? Kan udah semester dua di sini!"

"Iya Bin, aku pengen memperdalam agama di pondok pesantren. Ternyata, setelah aku cari tau informasinya, di sana juga menyediakan perkuliahan."

Mendengar jawaban terakhir Layla, aku tercengang emangnya ada kuliah sambil mondok. Kalaupun toh ada, emangnya dia bisa fokus. Bisikan hatiku waktu itu sebelum Layla pulang dijemput oleh ayahnya. Pikiran pun mulai tak karuan ketika ingat kalau besok adalah giliranku maju untuk presentasi makalah.

Malam mulai tiba dan bintang-bintang mulai bermunculan, membentuk gugusan yang indah. Masih tentang Layla, ya, aku masih memikirkannya. Aku tidak bisa bertindak banyak ataupun memaksanya untuk tidak pergi ke Surabaya meninggalkanku. Selain belajar ilmu umum, dia juga ingin memperdalam ilmu agama karena memang keluarganya, ayah dan ibnuya terutama adalah lulusan dari pondok pesantren. Barangkali, Layla termotivasi dengan kedua orang tuanya itu. Tak lama kemudian, aku hubungi Layla melalui WhatsApp.

"La, kamu kapan pergi ke Surabaya?" Tanya aku pada Layla.

"Satu minggu lagi Bin, aku mau berangkat." Jawab Layla.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun